“Torehan Pikiran Dini Hari”
Ya Allah......
Ketika banyak penulis menorehkan isi dalam
otaknya, aku hanya bisa duduk termenung sembari membaca karyanya. Dalam hati
kecilku "Demo". "Kapan aku bisa menulis?". Sejak mengenal
majalah dinding dan forum jurnalis, hati ini sangat ingin bergabung dengan
mereka belajar menulis segala sesuatu apa yang ingin ku tulis dalam media ini.
Banyak teman, guru, dan inspirator mampir dalam perjalanan hidupku mendorong ku
untuk take action menulis. Jangan
hanya dipikirkan. Suatu ketika pada masa putih abu-abu, aku pernah dimintai
tolong oleh salah satu editor, wartawan sekaligus Guru Bahasa Indonesiaku untuk
mengetik beberapa narasi dari hasil wawancara teman-teman jurnalis putih
abu-abuku. Separangkat mesin elektronik kebanggaan “Kami”, yang menemani dua
tahun perjalanan putih abu-abu menjadi lahan jari-jemari bergerilya dengan
kotak-kotak hurufnya. Tetapi, keengganan dan keraguan masih setia menemaniku
hingga ku lulus dari pendidikan putih abu-abu tercinta yang begitu banyak
memberiku ilmu pengetahuan yang tiada tara. Meskipun semua itu dengan
perjuangan yang tidak sedikit dan mahal pastinya.
Seperti banyak anak muda yang mengenyam
pendidikan lainnya, aku juga berkeinginan untuk melanjutkan belajarku di salah
satu instansi yang bonefit dengan skala internasional. Aku ingin menorehkan
prestasi di instansi itu, aku ingin berlari-lari, aku ingin duduk di tamannya
dengan pemandangan lalu lalang mahasiswa yang super sekali seperti kata Pak Mario Teguh, aku ingin bisa bertegur
sapa dengan para pengabdinya, bisa bercengkrama dengan mereka, aku ingin bisa
bebas menyelinap di gedung-gedung megah itu, aku ingin merasakan sejuknya AC
ruangan belajar, aku ingin mengenal apa itu sks
(sistem kredit semester), aku ingin tau krsan, bagaimana sistem belajarnya dan
masih banyak lainnya yang ingin ku tau.
Memang
benar sekali, semua tidak semudah ketika kita mau meludah, tak semudah ketika kita
menghasilkan bunyi dari tepukan telapak tangan, tak semudah ketika kita meminta
balon pada orang tua pada masa kecil kita hanya dengan merengek sebuah balon
udah bisa kita miliki, tapi lebih dari itu semua, lebih dari hanya sekedar
berangan-angan, berusaha dan berdoa. Kelebihan itu adalah keyakinan kita, keyakinan yang mengokohkan iktikad kita dalam
berjuang meraih semua itu. Semua itu ada tata caranya, ada adabnya, ada
normanya, ada alur mekanismenya. Tidak asal-asalan demi sebuah perjuangan
menuju kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar