Kamis, 03 Desember 2015

“Torehan Pikiran Dini Hari”



“Torehan Pikiran Dini Hari”

Ya Allah......
Ketika banyak penulis menorehkan isi dalam otaknya, aku hanya bisa duduk termenung sembari membaca karyanya. Dalam hati kecilku "Demo". "Kapan aku bisa menulis?". Sejak mengenal majalah dinding dan forum jurnalis, hati ini sangat ingin bergabung dengan mereka belajar menulis segala sesuatu apa yang ingin ku tulis dalam media ini. Banyak teman, guru, dan inspirator mampir dalam perjalanan hidupku mendorong ku untuk take action menulis. Jangan hanya dipikirkan. Suatu ketika pada masa putih abu-abu, aku pernah dimintai tolong oleh salah satu editor, wartawan sekaligus Guru Bahasa Indonesiaku untuk mengetik beberapa narasi dari hasil wawancara teman-teman jurnalis putih abu-abuku. Separangkat mesin elektronik kebanggaan “Kami”, yang menemani dua tahun perjalanan putih abu-abu menjadi lahan jari-jemari bergerilya dengan kotak-kotak hurufnya. Tetapi, keengganan dan keraguan masih setia menemaniku hingga ku lulus dari pendidikan putih abu-abu tercinta yang begitu banyak memberiku ilmu pengetahuan yang tiada tara. Meskipun semua itu dengan perjuangan yang tidak sedikit dan mahal pastinya.
Seperti banyak anak muda yang mengenyam pendidikan lainnya, aku juga berkeinginan untuk melanjutkan belajarku di salah satu instansi yang bonefit dengan skala internasional. Aku ingin menorehkan prestasi di instansi itu, aku ingin berlari-lari, aku ingin duduk di tamannya dengan pemandangan lalu lalang mahasiswa yang super sekali seperti kata Pak Mario Teguh, aku ingin bisa bertegur sapa dengan para pengabdinya, bisa bercengkrama dengan mereka, aku ingin bisa bebas menyelinap di gedung-gedung megah itu, aku ingin merasakan sejuknya AC ruangan belajar, aku ingin mengenal apa itu sks (sistem kredit semester), aku ingin tau krsan, bagaimana sistem belajarnya dan masih banyak lainnya yang ingin ku tau.
Memang benar sekali, semua tidak semudah ketika kita mau meludah, tak semudah ketika kita menghasilkan bunyi dari tepukan telapak tangan, tak semudah ketika kita meminta balon pada orang tua pada masa kecil kita hanya dengan merengek sebuah balon udah bisa kita miliki, tapi lebih dari itu semua, lebih dari hanya sekedar berangan-angan, berusaha dan berdoa. Kelebihan itu adalah keyakinan kita, keyakinan yang mengokohkan iktikad kita dalam berjuang meraih semua itu. Semua itu ada tata caranya, ada adabnya, ada normanya, ada alur mekanismenya. Tidak asal-asalan demi sebuah perjuangan menuju kesuksesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar