MENGAPA ADA LUKA
Terkadang, aku iri kepada daun yang setiap pagi dicumbui
embun. Sementara kita masih saja berkutat pada pongah dan ego yang meraja di
sukma. Kita di sini, meski tak bersitatap muka, hendaknyalah bertegur sapa,
bukan diam, seolah bara cinta di dada telah padam.
Rindu ini begitu jelata, sejak kau undang prahara tanpa
mengenal jeda. Kau yang kupuja menabur duka, aku, kata-kata, merubungi tubuhnya
yang luka. Sayang, masihkah senja kita sama?
Mungkin kisah ini akan menjadi puisi tanpa makna, tanpa
estetika, hampa tanpa sentuhan rasa. aihh tak sekelebatpun aku membayangkan
itu, aku masih rindu, aku masih cinta. Andai aku yang selalu menjadi mendung di
matamu, baiklah sayang, biarkan aku pergi.
Di dingin malam
Mata bercucur linang
Aku mengenang.
Benny E W
Komunitas Sastra Nusantara
Samarinda, 19 April 2017.