GODAAN.
.
Jumat pekan depan aku akan menikah. Pria yang berani
melamarku, tak sedikit pun fisiknya kuinginkan. Dia terlalu jelek, hitam dan
tak terurus. Juga sangat miskin.
Sedangkan aku?
Aku cantik, punya pacar kaya raya. Pacarku direktur
PT.Indosat. Dia berjanji akan menikahiku tahun depan.
Aneh!
Orang tuaku malah menerima pinangan laki-laki tak jelas
tanpa persetujuanku. Aku tak pernah mengenalnya.
"Dia itu famili ayahmu, Nak. Agamanya bagus. Ibu dan
ayahmu sangat mengenalnya." jelas ibu ketika aku begitu keras menolak
perjodohan ini.
"Dia itu miskin, Bu. Tidak kaya seperti Alex."
.
"Alex, itu tak baik untukmu, Nak."
.
"Tapi aku mencintai, Alex. Bu. Bukan pria itu."
.
"Apa pun ceritanya, pernikahan itu tinggal menghitung
hari. Jangan sampai gagal dan bikin malu keluarga." ucap ibu tegas.
Aku hanya bisa menangis dengan keputusan orang tuaku.
.
***
.
Akad nikah itu telah berlalu dua tahun lebih. Afdhal
suamiku, lelaki yang pernah mati-matian kutolak. Ternyata cintanya padaku
sangat agung. Tak pernah sekalipun ia menyakiti perasaanku. Hidup kami bagaikan
di surga-NYA, bersama kehadiran sepasang anak kembar yang rupawan. Mirip aku.
Kebahagiaan kami sempurna. Harta kami pun makin berlimpah yang datangnya tak
pernah kami sangka-sangka. Berkah. Itu pasti.
.
Aku jadi ingat petuah ayah dulu sehari sebelum ijab-qabul.
"Jangan cari suami kaya, belum tentu dia akan tetap
kaya bersamamu nanti. Tapi, terimalah lelaki sederhana yang taat agama, insya
Allah dia akan kaya bersamamu nanti."
.
Ayah benar. Aku sangat bersyukur dan amat bahagia memiliki
ayah yang bijak. Dia tak pernah salah menentukan pilihan untuk anaknya.
Oleh: Ira Amira Rasya
Komunitas Bisa Menulis
Jumat, 7 April 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar