Oleh: Dana Dana
Komunitas Bisa Menulis
30 Desember 2013
SITI NOKIA
=========
.
Bulan ini, menstruasinya tak datang. Dia bertanya-tanya,
apakah ini tanda? Maka istriku meminta, agar sepulang kerja, aku membelikan
test kehamilan untuknya.
.
Kubelikan.
.
Dia bawa ke WC, dan sebentar kemudian, berlari ke arahku.
Teriak-teriak girang.
.
"Positif ihhh…hihi…positif, lihat dua garis merahnya
muncul.”
.
Aku hanya bengong. Kurang mengerti. Apa yang terjadi?
.
Istriku jelaskan, janin telah menghuni kandungannya. Tentu
saja Aku bahagia. Apa yang kurindukan sejak lama, punya anak dan mengasuhnya,
Akhirnya kesampaian juga.
.
Kubimbing istriku. Kutarik ke pangkuanku. Dari belakang aku
memeluknya, mengusap-usap perutnya.
.
“Mau laki-laki atau perempuan?” tanyaku.
.
“Jangan ingin ini itu, laki-laki perempuan sama saja.”
.
“Mengapa ?” tanyaku.
.
“Kata orang, itu bisa menyulitkan kelahiran.”
.
“Ah, itu takhayul!”
.
“Pokoknya sejak sekarang” istriku serius “Kang Dana harus
lebih hati-hati. Jangan berucap sembarangan, jangan berbuat sembarangan, mulailah
segalanya dengan basmalah.” Nasihatnya memelas.
.
Dan kisah berikutnya, adalah kisah kegembiraan kami,
Bersiap-siap menyambut bayi. Dari seorang guru, kupinjam
sebuah buku “Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan”.
.
Demi kesehatan jabang bayi, kusarankan istri banyak makan
buah dan sayuran. Bak mandi bayi plastik, kelambu, bedak-bedak, kayu putih,
minyak telon, popok, parnel, dan segala pakaian-pakaian perlengkapan bayi kami
borong dari pasar.
.
Istriku membeli kain merah jambu motif bunga-bunga lucu. Diserahkannya
kain itu ke tukang jahit, untuk dibuat sarung kasur, guling dan bantal bayi.
Dan tidak lupa setiap malam, kami mengaji Al-Qur’an, surat Yusuf atau surat
Maryam, berharap anak kami menjadi kekasih Alloh, sebagaimana Yusuf dan Maryam.
.
* * *
.
Tiba waktunya mencari nama, percakapan kami jadi menarik.
Sore itu…
.
“Aku ingin nama anakku dari bahasa Arab.”Usul istri.
.
“Misalnya?” tanyaku.
.
“Kalau laki-laki Azka, kalau perempuan Azkiya.”
.
“Tapi aku ingin nama anak kita memakai gaya Sunda saja.” Pendapatku
lain.
.
“Eman kalau laki-laki, Icih kalau perempuan.”
.
Istriku tertawa.
.
“Memalukan, terlalu kampungan.” protesnya.
.
“Hus!!!"
.
“Iya, memang itu terlalu jadul.”
.
“Kalau begitu, bagaimana bila John atau Elishabeth?” usulku.
.
“Itu terlalu Barat!”
.
“Lalu?”
.
“Sudah saja seperti tadi, dari bahasa Arab.”
.
“Nama itu sudah banyak dipakai orang. Pilih nama lain saja!”
protesku.
.
“Cuma itu nama yang bagus.”
.
“Masih banyak kok” ucapku.
.
“Apa?”
.
“Banyak, misalnya Safinatunnaja.”
.
“Ah, jangan, nanti panggilannya jadi Sapi. Ada yang
lain?"
.
“Banyak, Riyadulbadi’ah panggilannya Iya, Matanul Ajurumiyah
panggilannya Miya, atau Khulasoh Nurul Yakin panggilannya Nurul, bagus kan
untuk anak perempuan?”
.
“Untuk laki-laki?” Tanya istri.
.
“Lebih banyak lagi, misalnya Sulamuttaufik panggilannya
Opik, Riyadhusshalihin panggilannya Ihin, Minahjul Abidin panggilannya Abidin,
Irsyadul Ibad panggilannya Adul, Uqudullujen panggilannya Uje, Qurrotul Uyun
panggilannya Uyun, Ihya Ulumuddin panggilannya Udin, Hadits Arba’in pangilannya
Ba’in, silahkan tinggal kamu pilih!”
.
“Rasanya aku pernah mendengar. Nama apaan sih itu?”
.
“Kitab kuning” sahutku.
.
“Jangan, nanti jadi bahan pelecehan. Pokoknya aku ingin nama
anak kita sesuai jaman.”
.
“Sesuai jaman? Baik, aku tahu. Bagaimana kalau nama anak
kita diambil dari dunia henfon. Nokia misalnya.”
.
“Hah, Nokia?” matanya melotot.
.
“Bagus juga kan bila anak perempuan kita diberi nama Siti
Nokia, cukup mengikuti kemajuan jaman kan...”
.
Istriku tertawa,”Kalau laki-laki?”
.
“Soni Ericson.”
.
“Sudah saja Ujang Eks El, kalau perempuan I Em Tri
Purnamasari!” istriku ngaco.
.
“Enok Esia saja” aku ikut sinting.
.
“Asep Samsung!” timpal istri.
.
“Nyai Mentari !” Aku tak mau kalah.
.
“Agus Indosat.”
.
“Cross Rosmiati.”
.
“Erin Touch Screen.”
.
“Neneng Telkomsel”
.
“Ade Blackberry..”
.
“Simpati Puji Astuti Gratis Nelfon Seharian !!!” pungkasku.
Adzan Maghrib memutuskan pembicaraan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar