Senin, 10 April 2017

CERPEN, DIA LEBIH MEMILIH TEMANKU, DARIPADA AKU

DIA LEBIH MEMILIH TEMANKU, DARIPADA AKU

Aku memiliki akun Facebook sejak tahun 2010. Sewaktu aku masih duduk di bangku SMP. Waktu itu belum banyak yang memiliki akun Facebook. Jangankan komentar, like yang mampir di statusku pun bisa dihitung jari.
Tapi tidak setelah aku mengonfirmasi pertemanan dari El Fatih. Dua bulan penuh aku menulis status, dan dua bulan penuh dia selalu hadir di kolom komentar.
Wawasannya luas, dia selalu bisa membuat aku terpukau dengan setiap bait komentarnya. Singkat cerita kita jadi dekat. Selidik demi selidik dia ternyata anak kampung sebelah.
Pada akhirnya kita tidak hanya berteman di dunia maya, tetapi juga berteman di dunia nyata. Hingga suatu hari perasaan aneh muncul di hatiku. Aku selalu resah setiap kali dia menghilang tanpa kabar.
Hari ini tepat 7tahun aku berteman dengan Fatih di Facebook. Bukan hal yang aneh kan, jika perempuan menyatakan cinta dulu.
Cuaca memang sedang tak mendukung. Awan hitam membungkus langit biru yang kapanpun bisa menumpahkan amarahnya. Ku lihat Fatih sedang asik bercerita dengan Mira, sahabatku. Sebulan lalu aku mengenalkan Mira ke Fatih. Fatih teman ku sejak SMP sedangkan Mira teman sekampus ku.
Mira selalu bilang kalau Fatih itu orangnya keren dan berwawasan luas. Tentu saja iya, Fatih adalah salah satu mahasiswa berprestasi di kampusnya. Dia selalu mendapat beasiswa dan aku semakin menyukainya.
"Di, aku mau bilang sesuatu," ucap Mira setelah meninggalkan Fatih sendirian dibawah pohon.
"Apa Ra?"
"Fatih suka sama aku, dia bilang bulan depan mau melamar ku Di, Alhamdulillah," ucapnya antusias sembari memelukku.
Langit seperti mendengar cerita dari Mira dan bisa menebak isi hatiku, ikut menumpahkan kekecewaan. Bagaimana bisa, aku yang 7tahub memendam rasa terkalahkan oleh mira sahabatku yang dikenalnya sebulan lalu.
Aku bersyukur setidaknya hujan menutupi air mata yang mengalir di pipiku.
*****
Tatapanku kosong mencerna kata-kata​ yang diucapkan Mira tadi.
"Sampai malam dan kamu masih disini!" Seru Fatih.
Aku menatapnya dengan tatapan kosong.
"Tadi siang kamu menulis status akan mengungkapkan rasa ke seseorang, apa yang terjadi Di?"
"Bertepuk sebelah tangan. Dia mencintai orang lain."
"Terlalu bodoh lelaki itu, kamu sempurna Di. Tidak akan ada lelaki yang akan menolakmu."
"Kenyataannya memang begitu," ucapku datar.
"Di bajumu basah, mukamu pucat sekali. Ayo kita pulang. Bapak ibumu mencarimu."
Nafasku tersengal, dadaku sesak. Aku merasa aneh dengan tubuh ini. Tiba saja semua jadi gelap. Iya? Aku tak sadarkan diri.

Dian Alima
Komunitas Bisa Menulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar