Selasa, 04 April 2017

PUISI, DADU


Oleh: Dahayu Ainuha
Komunitas Bisa Menulis
Borneo, Mar 17

DADU

aku menyebutnya bulan ke-tiga
yang kita ujar untuk pelempar dadu
tak ada yang tertukar, hanya kubus jatuh
seperti dada tanpa sandaran
angka masih sama
cuma tangan sedikit goyah
mengangkat anak-anak dadu
yang belum genap merampungkan senja
pada lemparan terakhir
dadu; berupa kubus dengan titik-titik bulat
pada angka empat kuberharap terlihat
atau angka duapun tak mengapa; itu pertanda kita
tapi, dadu tak sehati; angka tiga
menduduki angka-angka yang lain
tak ada yang tergenapi
dari tangan aku yang perempuan
seok, perlu beberapa langkah lagi; harusnya
tapi tidak, tiga merupa penutup
untuk kita yang tak genap
untuk kita yang tak lengkap


Tidak ada komentar:

Posting Komentar