Jumat, 07 April 2017

CERPEN, Kaos Kaki yang Bolong

Kaos Kaki yang Bolong
~~~~~~~~~~~~~~~
Ah, aku terlambat masuk kerja hari ini. Dengan tergesa-gesa aku mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk memakai kaos kaki yang diambil dari keranjang penyimpanan.
Benar saja. Tiba di sekolah aku sudah terlambat lima belas menit. Anak-anak sudah menungguku di depan pintu.
"Assalamualaikum anak ibu yang sholeh dan sholeha...maaf ya, Ibu telat hari ini." Sapaku pada anak-anak dan mengulurkan tangan mengajak salaman. Mereka menjawab salamku dan satu persatu mencium punggung tanganku sembari tersenyum malu-malu.
"Bu, kakak pake kaos kaki umi kakak," Faiqah laporan padaku
"Wah, cantiknya kaos kakinya, Nak!" Aku memasang ekspresi senang
"Baiklah,Nak. Ayo kita sarapan. Buat barisan yang rapi, nanti biar ibu bagi
makanannya." Tanpa berlama-lama, mereka berbaris.
Aku membagikan susu dan roti pada anak yang berbaris paling depan, kemudian anak tersebut membagikan ke anak nomor dua, kemudian di oper ke anak nomor tiga dan seterusnya sampai anak yang berbaris paling akhir yang duluan mendapatkan roti dan susunya. Kenapa aku ajarkan seperti itu? Aku ingin mengajarkan pada anak sejak usia dini tentang budaya sabar mengantri dan berbagi. Siapa yang pelit, dia di barisan paling depan dan bertugas membagikan makanan kesemua temannya hingga dia yang terakhir mendapat makanan.
"Duduk anak sholeh...."
"Si...ap! " jawab mereka serentak. Kami duduk melingkar
"Ibu...kenapa kaos kaki Ibu bolong?" Faiqah bertanya sambil menunjukkan kaos kakiku yang bolong di telapak.
"Oh iya, ibu nggak lihat kalau kaos kaki ibu udah bolong nak e..." jawabku sedih. Padahal aku memang belum sempat membelinya ke pasar.
Selesai sarapan, kami toilet training mengambil air wudhu untuk latihan sholat berjamaah. Kemudian lanjut kegiatan jurnal pagi dengan tepuk anak sholeh, tepuk semangat dan senam.
Selama kegiatan berlangsung, Faiqah asik menunjukkan kaos kaki uminya yang dia pakai kepadaku. Ah, dasar anak-anak. Jika ada barang kesukaannya suka sekali memamerkan.
Ternyata dugaanku salah. Ketika aku duduk di meja untuk melanjutkan pekerjaan. Faiqah menghampiriku dan memberikan kaos kakinya.
"Ibu, pake aja kaos kaki kakak. Ibu boleh pinjam, kan kaos kaki ibu udah bolong..." Kupandangi wajah polosnya. Aku langsung memeluknya sembari berujar
"Terima kasih ya kak Faiqah, udah bolehin ibu pinjam kaos kakinya. Tapi kaos kaki itu kan punya Umi kak Faiqah, nanti di cariin umi lho. Ibu cuma nggak
Lihat aja kalau kaos kaki ibu udah bolong.."
Dengan malu-malu Faiqah mengambil kaos kakinya kembali dan berlari menyimpannya dalam tas. Kemudian dia berbaur dengan teman-temannya. Mereka berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.
****
Ada dua bingkisan di atas meja yang ditujukan untukku. Dari siapa ini?rasa penasaran menggelitik hingga akhirnya aku membukanya. MasyaAllah... enam pasang kaos kaki yang cantik-cantik sekali. Dari Faiqah dan dan khansa. Mereka malu-malu dan tersenyum ketika aku melihat mereka.
"Nak e,,,kenapa memberikan kaos kaki ini untuk ibu?" Tanyaku lembut
"Kakak sayang ibu, kakak sedih lihat kaos kaki ibu bolong. Kakak ceritain sama Umi, trus kami beli ke pasar..." Faiqah bercerita yang membuat mataku berkaca-kaca.
"Kak khansa juga sayang ibu, makanya kakak juga beliin kaos kaki untuk ibu. Kan kata ibu berbagi itu bisa dapat pahala..." Hatiku benar-benar terenyuh.
Nak, betapa mulia akhlak kalian. Diusia yang masih dini kalian sudah peduli akan sesama, mau berbagi. Ibu yakin! Dibalik akhlak kalian yang mulia ada orangtua yang tak hentinya berdoa hingga berbuih. Tak pernah lelah membimbing dalam dekapan Rabb-nya. Ibu bangga pada kalian, Nak.
Aku langsung mengucapkan terima kasih kepada orangtuanya lewat WA
Dan balasan orangtuanya membuat aku tidak bisa berkata apa-apa.
"Ibu, kaos kaki itu tidak seberapa dengan perjuangan ibu untuk anak kami. Berkat Peran ibu, anak kami menjadi gemar berbagi, rajin sholat dan mengaji"
Takengon diantara rintik hujan


Oleh: Ova Ziauicha II
Komunitas Bisa Menulis
28032017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar