Kaos Kaki yang Bolong
~~~~~~~~~~~~~~~
Ah, aku terlambat masuk kerja hari ini. Dengan tergesa-gesa
aku mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk memakai kaos kaki yang diambil
dari keranjang penyimpanan.
Benar saja. Tiba di sekolah aku sudah terlambat lima belas
menit. Anak-anak sudah menungguku di depan pintu.
"Assalamualaikum anak ibu yang sholeh dan
sholeha...maaf ya, Ibu telat hari ini." Sapaku pada anak-anak dan
mengulurkan tangan mengajak salaman. Mereka menjawab salamku dan satu persatu
mencium punggung tanganku sembari tersenyum malu-malu.
"Bu, kakak pake kaos kaki umi kakak," Faiqah
laporan padaku
"Wah, cantiknya kaos kakinya, Nak!" Aku memasang
ekspresi senang
"Baiklah,Nak. Ayo kita sarapan. Buat barisan yang rapi,
nanti biar ibu bagi
makanannya." Tanpa berlama-lama, mereka berbaris.
Aku membagikan susu dan roti pada anak yang berbaris paling
depan, kemudian anak tersebut membagikan ke anak nomor dua, kemudian di oper ke
anak nomor tiga dan seterusnya sampai anak yang berbaris paling akhir yang
duluan mendapatkan roti dan susunya. Kenapa aku ajarkan seperti itu? Aku ingin
mengajarkan pada anak sejak usia dini tentang budaya sabar mengantri dan
berbagi. Siapa yang pelit, dia di barisan paling depan dan bertugas membagikan
makanan kesemua temannya hingga dia yang terakhir mendapat makanan.
"Duduk anak sholeh...."
"Si...ap! " jawab mereka serentak. Kami duduk
melingkar
"Ibu...kenapa kaos kaki Ibu bolong?" Faiqah
bertanya sambil menunjukkan kaos kakiku yang bolong di telapak.
"Oh iya, ibu nggak lihat kalau kaos kaki ibu udah
bolong nak e..." jawabku sedih. Padahal aku memang belum sempat membelinya
ke pasar.
Selesai sarapan, kami toilet training mengambil air wudhu
untuk latihan sholat berjamaah. Kemudian lanjut kegiatan jurnal pagi dengan
tepuk anak sholeh, tepuk semangat dan senam.
Selama kegiatan berlangsung, Faiqah asik menunjukkan kaos
kaki uminya yang dia pakai kepadaku. Ah, dasar anak-anak. Jika ada barang
kesukaannya suka sekali memamerkan.
Ternyata dugaanku salah. Ketika aku duduk di meja untuk
melanjutkan pekerjaan. Faiqah menghampiriku dan memberikan kaos kakinya.
"Ibu, pake aja kaos kaki kakak. Ibu boleh pinjam, kan
kaos kaki ibu udah bolong..." Kupandangi wajah polosnya. Aku langsung
memeluknya sembari berujar
"Terima kasih ya kak Faiqah, udah bolehin ibu pinjam
kaos kakinya. Tapi kaos kaki itu kan punya Umi kak Faiqah, nanti di cariin umi
lho. Ibu cuma nggak
Lihat aja kalau kaos kaki ibu udah bolong.."
Dengan malu-malu Faiqah mengambil kaos kakinya kembali dan
berlari menyimpannya dalam tas. Kemudian dia berbaur dengan teman-temannya.
Mereka berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.
****
Ada dua bingkisan di atas meja yang ditujukan untukku. Dari
siapa ini?rasa penasaran menggelitik hingga akhirnya aku membukanya.
MasyaAllah... enam pasang kaos kaki yang cantik-cantik sekali. Dari Faiqah dan
dan khansa. Mereka malu-malu dan tersenyum ketika aku melihat mereka.
"Nak e,,,kenapa memberikan kaos kaki ini untuk
ibu?" Tanyaku lembut
"Kakak sayang ibu, kakak sedih lihat kaos kaki ibu
bolong. Kakak ceritain sama Umi, trus kami beli ke pasar..." Faiqah
bercerita yang membuat mataku berkaca-kaca.
"Kak khansa juga sayang ibu, makanya kakak juga beliin
kaos kaki untuk ibu. Kan kata ibu berbagi itu bisa dapat pahala..." Hatiku
benar-benar terenyuh.
Nak, betapa mulia akhlak kalian. Diusia yang masih dini
kalian sudah peduli akan sesama, mau berbagi. Ibu yakin! Dibalik akhlak kalian
yang mulia ada orangtua yang tak hentinya berdoa hingga berbuih. Tak pernah
lelah membimbing dalam dekapan Rabb-nya. Ibu bangga pada kalian, Nak.
Aku langsung mengucapkan terima kasih kepada orangtuanya
lewat WA
Dan balasan orangtuanya membuat aku tidak bisa berkata
apa-apa.
"Ibu, kaos kaki itu tidak seberapa dengan perjuangan
ibu untuk anak kami. Berkat Peran ibu, anak kami menjadi gemar berbagi, rajin
sholat dan mengaji"
Takengon diantara rintik hujan
Oleh: Ova Ziauicha II
Komunitas Bisa Menulis
28032017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar