Jumat, 07 April 2017

CERPEN, CINTA SUCI

CINTA SUCI

Aku menatap wajah suamiku dengan seksama. Jelas terlihat sekali ada guratan kekecewaan. Mukanya terlihat pucat, meski sesekali dia menoleh ke arahku dan tersenyum. Tapi aku yakin sekali sebenarnya dia sedang kecewa.
"Undangan siapa mas?" Tanyaku sok tidak tau.
"Syamira dan Ahmad Rofiq. Syamira sahabat kamu."
"Kapan akad nikah dilangsungkan mas?"
"Besok dek."
"Kamu ikut menghadiri?"
"Mas banyak kerjaan, kamu dan Azahra saja yang menghadiri."
Enam tahun kita menikah dan mempunyai seorang anak yang sangat cantik dan manis. Pernikahan kita berjalan biasa dan normal layaknya rumah tangga lainnya. Jelas sekali kala itu aku sangat depresi menerima kenyataan bahwa suamiku mencintai gadis lain, yaitu Mira sahabatku.
Aku mengurung diriku di kamar selama beberapa minggu. Hingga akhirnya aku depresi berat yang mengharuskan ku direhabilitasi di rumah sakit gangguan jiwa. Tiga bulan aku mendekam di rumah sakit hingga akhirnya aku dinyatakan sembuh.
Sebuah kejutan yang tak bisa ku bayangkan. Selepas aku keluar dari rumah sakit, El Fatih teman yang aku sukai bertahun-tahun datang melamar ku. Aku sempat bertanya hubungan Fatih dan Mira, bukankah mereka akan melangsungkan pernikahan. Lagi-lagi jawaban Fatih membuatku terpukau. "Bukankah jodoh tidak akan kemana."
Enam tahun berlalu dengan cepat dan bahagia. Aku lupa, yang bahagia aku saja. Tidak dengan suamiku. Aku baru menyadari bahwa suamiku tidak tulus mencintaiku. Dia menikah denganku karena paksaan dari sahabatku, Mira.
Hari ini terbukti sudah. Fatih suamiku yang sangat aku cintai ternyata tidak mencintaiku. Dia sangat terpukul melihat undangan pernikahan Mira dan Ahmad. Entah apa yang harus aku lakukan, aku sebisa mungkin bersikap biasa dan tidak pernah menunjukan sikap kalau aku menyadari suamiku tidak mencintaiku.
***
"Sayang, hari ini aku masak kesukaanmu. Kamu pulang awal ya?"
Suamiku tidak merespon hanya menyium kepala Azahra dan keningku lantas berangkat kerja.
"Mas Fatih."
"Iya dek Diandra."
"Hari ini aku masak kesukaanmu, kamu pulang awal ya?"
Lagi-lagi suamiku tak merespon. Meskipun begitu aku tidak pantang menyerah. Hingga akhirnya Allah memberikan ujian kepadaku.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Suamiku El Fatih sedang duduk berduaan dengan Mira di restoran dekat rumah sakit.
"Aku tidak mencintainya Mira!"
"Aku juga tidak mencintaimu Fatih. Aku hanya mencintai mas Ahmad suamiku."
"Omong kosong! Kamu hanya mencintaiku Mira!"
"Istighfar Fatih! Sudahi rasa ini. Aku tidak mencintaimu."
Selama ini aku mencoba tegar dan tidak menangis, tapi kali ini air mataku benar-benar mengalir membasahi pipi persis kejadian 8 tahun yang lalu. Aku tidak kuat dengan kenyataan pahit ini. Aku mencoba berbohong ke mas Fatih kalau Azahra rindu dengan omanya. Dengan begitu aku bisa menjauh dulu dari mas Fatih.
***
Fatih menatap lamat-lamat dinding langit kamarnya. Biasa jam segini Fatih bersama istrinya sedang asik bercerita meski terkadang Fatih tidak meresponnya.
Satu, dua, tiga hari tak ada kabar. Satu minggu, dua minggu pun tak ada kabar. Hingga satu bulan tak terasa istrinya tak kunjung pulang ke rumah.
Fatih sangat resah dengan keadaannya. Dia menatap foto pernikahan yang terpajang di dinding kamar. Mengamati setiap sudut wajah istrinya. Memang istrinya tak secantik Mira, jauh dari Mira. Tapi malam ini ada rasa aneh menyelimuti hati Fatih, ada getaran hebat menghujam hatinya. Rindu, iya Fatih rindu pada istrinya, Diandra.
Selepas sholat isya' Fatih segera berangkat ke rumah ibu mertuanya. Tak ada gelak tawa dari Azahra, sepi rumah itu sepi. Hanya ada pembantu yang sedang membereskan ruang tamu.
"Diandra dan ibu kemana?"
"Ibu ada di rumah sakit mas Fatih, mbak Diandra jatuh sakit tiga hari lalu."
Tanpa banyak bicara, Fatih segera menyusul ke rumah sakit. Aneh, Fatih merasakan hal aneh dalam hidupnya. Dia baru menyadari bahwa dia mencintai istrinya melebihi cintanya pada Mira. Semenjak Diandra pergi dari rumah, Fatih merasa kesepian. Hidupnya tak secerah seperti hari-hari sebelumnya.
***
"Diandra sakit apa bu?"
"Ibu juga ndak tau Tih, tiga hari ini fisik Diandra sangat lemah. Dan hasil lab sangat membuat ibu terpukul."
"Diandra kenapa bu?"
"Sebaiknya kamu menemani Diandra. Dari kemarin dia mencemaskan mu dan sering menyebut namamu.
Dengan gesit Fatih melangkah menuju kamar Diandra.
***
Aku terkejut dengan kedatangan suamiku, El Fatih. Raut mukanya sangat sedih, aku yakin karna dia melihat keadaanku yang lemah dan kurus kering.
"Sejak kapan kamu sakit?"
"Aku mencoba menjelaskan kepadamu tentang penyakit ini mas, tapi kamu slalu tak merespon ketika ku ajak makan siang bersama. Kamu selalu pulang larut malam."
"Diandra maafkan aku, aku sungguh mencintaimu."
"Aku tau itu mas."
"Aku salah mencintai wanita lain, itu nafsu bukan cinta. Cinta yang sesungguhnya adalah kamu istriku."
"Mas tau penyakitku apa?" Aku menatap getir suamiku.
"Apa?"
"Kanker serviks stadium akhir."
"Dek, jangan tinggalin mas sendirian. Mas sangat menyayangi dan mencintaimu."
"Masih ada Azahra yang butuh cintamu mas. Ada atau tidaknya aku, kamu tetap dihatiku."
Aku menatap lama wajah suamiku yang sangat aku cintai. Aku menghapus air matanya, setidaknya sebelum aku pergi. Aku benar-benar melihat cinta yang tulus darinya.
Aku menutup mata dengan senyuman.
End-

Oleh: Dian Alima
Komunitas Bisa Menulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar