CINTA SUCI
Aku menatap wajah suamiku dengan seksama. Jelas terlihat
sekali ada guratan kekecewaan. Mukanya terlihat pucat, meski sesekali dia
menoleh ke arahku dan tersenyum. Tapi aku yakin sekali sebenarnya dia sedang
kecewa.
"Undangan siapa mas?" Tanyaku sok tidak tau.
"Syamira dan Ahmad Rofiq. Syamira sahabat kamu."
"Kapan akad nikah dilangsungkan mas?"
"Besok dek."
"Kamu ikut menghadiri?"
"Mas banyak kerjaan, kamu dan Azahra saja yang
menghadiri."
Enam tahun kita menikah dan mempunyai seorang anak yang
sangat cantik dan manis. Pernikahan kita berjalan biasa dan normal layaknya
rumah tangga lainnya. Jelas sekali kala itu aku sangat depresi menerima
kenyataan bahwa suamiku mencintai gadis lain, yaitu Mira sahabatku.
Aku mengurung diriku di kamar selama beberapa minggu. Hingga
akhirnya aku depresi berat yang mengharuskan ku direhabilitasi di rumah sakit
gangguan jiwa. Tiga bulan aku mendekam di rumah sakit hingga akhirnya aku
dinyatakan sembuh.
Sebuah kejutan yang tak bisa ku bayangkan. Selepas aku
keluar dari rumah sakit, El Fatih teman yang aku sukai bertahun-tahun datang
melamar ku. Aku sempat bertanya hubungan Fatih dan Mira, bukankah mereka akan
melangsungkan pernikahan. Lagi-lagi jawaban Fatih membuatku terpukau.
"Bukankah jodoh tidak akan kemana."
Enam tahun berlalu dengan cepat dan bahagia. Aku lupa, yang
bahagia aku saja. Tidak dengan suamiku. Aku baru menyadari bahwa suamiku tidak
tulus mencintaiku. Dia menikah denganku karena paksaan dari sahabatku, Mira.
Hari ini terbukti sudah. Fatih suamiku yang sangat aku
cintai ternyata tidak mencintaiku. Dia sangat terpukul melihat undangan
pernikahan Mira dan Ahmad. Entah apa yang harus aku lakukan, aku sebisa mungkin
bersikap biasa dan tidak pernah menunjukan sikap kalau aku menyadari suamiku
tidak mencintaiku.
***
"Sayang, hari ini aku masak kesukaanmu. Kamu pulang
awal ya?"
Suamiku tidak merespon hanya menyium kepala Azahra dan
keningku lantas berangkat kerja.
"Mas Fatih."
"Iya dek Diandra."
"Hari ini aku masak kesukaanmu, kamu pulang awal
ya?"
Lagi-lagi suamiku tak merespon. Meskipun begitu aku tidak
pantang menyerah. Hingga akhirnya Allah memberikan ujian kepadaku.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Suamiku El Fatih
sedang duduk berduaan dengan Mira di restoran dekat rumah sakit.
"Aku tidak mencintainya Mira!"
"Aku juga tidak mencintaimu Fatih. Aku hanya mencintai
mas Ahmad suamiku."
"Omong kosong! Kamu hanya mencintaiku Mira!"
"Istighfar Fatih! Sudahi rasa ini. Aku tidak
mencintaimu."
Selama ini aku mencoba tegar dan tidak menangis, tapi kali
ini air mataku benar-benar mengalir membasahi pipi persis kejadian 8 tahun yang
lalu. Aku tidak kuat dengan kenyataan pahit ini. Aku mencoba berbohong ke mas
Fatih kalau Azahra rindu dengan omanya. Dengan begitu aku bisa menjauh dulu dari
mas Fatih.
***
Fatih menatap lamat-lamat dinding langit kamarnya. Biasa jam
segini Fatih bersama istrinya sedang asik bercerita meski terkadang Fatih tidak
meresponnya.
Satu, dua, tiga hari tak ada kabar. Satu minggu, dua minggu
pun tak ada kabar. Hingga satu bulan tak terasa istrinya tak kunjung pulang ke
rumah.
Fatih sangat resah dengan keadaannya. Dia menatap foto
pernikahan yang terpajang di dinding kamar. Mengamati setiap sudut wajah
istrinya. Memang istrinya tak secantik Mira, jauh dari Mira. Tapi malam ini ada
rasa aneh menyelimuti hati Fatih, ada getaran hebat menghujam hatinya. Rindu,
iya Fatih rindu pada istrinya, Diandra.
Selepas sholat isya' Fatih segera berangkat ke rumah ibu
mertuanya. Tak ada gelak tawa dari Azahra, sepi rumah itu sepi. Hanya ada
pembantu yang sedang membereskan ruang tamu.
"Diandra dan ibu kemana?"
"Ibu ada di rumah sakit mas Fatih, mbak Diandra jatuh
sakit tiga hari lalu."
Tanpa banyak bicara, Fatih segera menyusul ke rumah sakit.
Aneh, Fatih merasakan hal aneh dalam hidupnya. Dia baru menyadari bahwa dia
mencintai istrinya melebihi cintanya pada Mira. Semenjak Diandra pergi dari
rumah, Fatih merasa kesepian. Hidupnya tak secerah seperti hari-hari
sebelumnya.
***
"Diandra sakit apa bu?"
"Ibu juga ndak tau Tih, tiga hari ini fisik Diandra
sangat lemah. Dan hasil lab sangat membuat ibu terpukul."
"Diandra kenapa bu?"
"Sebaiknya kamu menemani Diandra. Dari kemarin dia
mencemaskan mu dan sering menyebut namamu.
Dengan gesit Fatih melangkah menuju kamar Diandra.
***
Aku terkejut dengan kedatangan suamiku, El Fatih. Raut
mukanya sangat sedih, aku yakin karna dia melihat keadaanku yang lemah dan
kurus kering.
"Sejak kapan kamu sakit?"
"Aku mencoba menjelaskan kepadamu tentang penyakit ini
mas, tapi kamu slalu tak merespon ketika ku ajak makan siang bersama. Kamu
selalu pulang larut malam."
"Diandra maafkan aku, aku sungguh mencintaimu."
"Aku tau itu mas."
"Aku salah mencintai wanita lain, itu nafsu bukan
cinta. Cinta yang sesungguhnya adalah kamu istriku."
"Mas tau penyakitku apa?" Aku menatap getir
suamiku.
"Apa?"
"Kanker serviks stadium akhir."
"Dek, jangan tinggalin mas sendirian. Mas sangat
menyayangi dan mencintaimu."
"Masih ada Azahra yang butuh cintamu mas. Ada atau
tidaknya aku, kamu tetap dihatiku."
Aku menatap lama wajah suamiku yang sangat aku cintai. Aku
menghapus air matanya, setidaknya sebelum aku pergi. Aku benar-benar melihat
cinta yang tulus darinya.
Aku menutup mata dengan senyuman.
End-
Oleh: Dian Alima
Komunitas Bisa Menulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar