OS
Hai Os. Malam ini aku sengaja menyapamu. Maaf, jika kemarin
aku tak sempat mampir. Kau mengerti kan alasannya?
Os, Kau tak senewen kan? Hahaha. Ayolah, jangan mendikte aku
untuk menggambar wajah kesalmu. Menggambar saat kau tersenyum saja, sungguh,
kemampuanku masih berantakan! Parahnya, kau lupa mengajariku bermain goresan
pena di atas carik putih pada pertemuan-pertemuan kita.
Oh iya Os, jujur saja. Malam ini aku ingin berdebat rindu
denganmu. Beradu kalimat, dan aku akan menjadi pemenang seperti biasanya.
Kemudian pada piagam kejuaraan akan tercetak 'Aku Lebih Mencintaimu'. Dengan
langgam pemenang, ku pamerkan piagam itu dengan loncatan kecil, girang. Lalu,
kau akan mengucapkan sederetan kata yang pantas sekedar menyenangkan hatiku.
Haha, Os, Os, kau memang sejatinya pemenang dalam hati.
Tetapi Os, ada sedikit kekacauan berkaitan dengan jarak.
Malam ini, aku ingin membicarakannya denganmu.
Kedengarannya, seseorang akan bertemu denganmu pada beberapa
pekan mendatang, ya? Os, aku harap kau tak khilaf. Kutitipkan sadar padamu,
bahwa kita masih bersama.
Entahlah, Os. Sejak kapan hari usai kita berjarak, insting
membuat gila diriku. Khawatir menjepit, detak jantungpun tersenggal-senggal.
Penyebabnya kau tahu, kan? Karena kita tak bisa bertemu kapanpun kita mau.
Kau harus tahu, Os. Bahwa aku sudah payah bertarung dengan
jarak. Apa kau tak berniat membantuku menembaknya supaya mati? Katakan padaku,
bagaimana caraku menikmati rindu dengan perasaan yang tersulut cemburu?
Os, jangan batukan aku. Bicaralah, Os. Sebab, aku sudah tak
rindu kediaman kita.
Vony Putri
Ruang Belajar Menulis Cerpen dan Novel
Lumajang, 5 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar