Jus Alpukat
Lela Puspita
Komunitas Bisa Menulis
Selasa, 4 April 2017
Ini bukan soal tentang kakak lelakiku yang kemarin malam
salah menyeduh kopi dengan menaburkan bon cabe ke dalam air panasnya, karena
saat itu mati lampu dan ia kira bon cabe itu adalah kopi yang telah ia beli di
warung Ceu Mimin. Huhaaah! Itulah ekspresinya seraya melebarkan matanya
melebihi telur satu mata sapi.
Tawaku terbahak melihat gelas berisikan air berwarna merah
dengan ampas biji cape. Dan ini bukan untuk pertama kalinya ia melakukan
tingkah konyol itu. Ah, brother entah apa yang ada dipikiranmu. Hingga
membuatku pun lupa bahwa aku tengah menceritakanmu di sini.
Hah ..., setelah kuhirup napas dalam lalu mengembuskannya
keluar ada lagi dengan tingkah konyol bapak sore itu. Ya, permintaan yang
membuatku tertawa geli.
"La, bapak mau jus alpukat beliin ya."
"Oke!"
"Tapi kamu tahu kan jus alpukat, itu lho yang pake
alpukat asli bukan serbuk yang di blender."
"Hadeuh, Pak. Iya tau lah masa aku tidak tahu. Nenek
nenek tua juga tahu kok masa aku tidak." Dengan menggelengkan kepala aku
merasa orang terbodoh di hari itu.
"Bener tahu?"
"Au ah ...."
Segera aku meninggalkan bapak dan memenuhi keinginannya itu.
Hingga dalam beberapa menit aku kembali. Bapak dengan
santainya menikmati jus yang sudah kubeli.
"Nah, jus ini yang bapak maksud!"
"Haha, ya Allah memangnya pikir bapak anakmu ini kayak
gimana sih sampai sebegitunya?"
"Ya soalnya kemarin bapak nyuruh Esih tapi malah yang
serbuk, rasanya jadi kayak minum air rasa alpukat."
"Yaelah, Pak ... Pak. Esih pan tidak bisa denger."
"Walaaa ...."
Setelah tegukan terakhir bapak pun menyadari jika rasa
alpukat yang diminumnya berbeda rasa. Dan aku lupa mengatakan bahwa itu
bukanlah jus alpukat tetapi jus melon. Sebab, saat itu alpukat sangat laku
hingga habis. Ya, alpukat saja laku aku kapan??? Eh ....
---end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar