Jumat, 21 April 2017

MARI, SAYANG (PROSA)


MARI, SAYANG

Kusisakan abu, Sayang. Merebak ia dari cerlang menjadi buram sebelum nanar tatap mataku gaib oleh cahaya dan langut pada tempat terbungkamnya napasmu yang dulu riuh utuh tanpa keping.
Sebagai kekasih maut, aku membenci keabadian dalam menulis satu nama. Kecuali engkau, tentu saja! Tetapi kepadanya, ia hanya sebuah persinggahan sejenak kala lelah muntah dan membasahi dadaku. Garing sekeping tawa, kucincang bersama kesedihan yang sedianya akan kupakai bekal untuk menemuimu.
Hari ini, sebuah cerita sunyi kukebiri sebelum waktunya, kupotong sebagian kelaminnya lalu kubayangkan ia akan menjadi sebait puisi untuk mengenang ketiadaanku kelak. Bukan sebagai banding, sebab dari luruh tubuhmu, ribuan kali telah kusamak sajak tak tertanding, bahkan melebihi nyawaku sendiri.
Ini hanya cerita sepenggal yang kupenggal dari kecurangan. Semata ingin kubuktikan kepadamu bahwa aku masihlah perempuan cekatan dalam bercinta, membenci dan dicaci-maki. Lalu menusuk dada kekasihnya sendiri sebelum berangsur ke tepi.
Mari bersulang, Sayang. Untuk gairah baru, mimpi dan mati yang baru pula. Mari bercinta dengan kutuk sebelum jasad tunduk dan beku menjadi batu.
(Untuk yang telah pergi)

Yuanda Isha
Komunitas Sastra Nusantara
Bintan, 09042017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar