Maya
=======
"Maaf Ma, maaf. Ampuni Maya, Ma. Ampun Ma, ampun ! Apa
salah Maya, Ma ?", tangisnya semakin pecah saat melihat wanita itu
mengambil pedang yang sengaja dipajang di dinding. Terlihat tangan kecil yang
gemetar itu berusaha menutupi kaki yang berlumuran darah. Sesekali gadis kecil
tersebut meminta tolong, berharap akan ada seseorang menyelamatkan dirinya dari
jiwa yang terkutuk. Namun sia-sia, tak ada yang mendengarnya, hanya ada suara
seringai pedang yang siap menebas kepalanya.
.
"Apa salahmu ? Apa kau tidak menyadarinya, anak iblis
!? Salahmu karena kau lahir tanpa seizinku ! Aku mengandungmu dengan rasa malu
! Tapi kau, kau hanya bersembunyi di balik perutku. Merasa tak bersalah !
Padahal sebab kau lah mereka melaknatiku, anak pendosa ! Sekarang, rasakanlah
akibatnya ! Rasakan akibat kau lahir di atas penderitaanku !", seketika
kesedihan yang dirasakan gadis itu berganti dengan rasa takut, sangat takut hingga
mampu mencekat lehernya yang mungil. Ingin sekali ia menghindari pedang
tersebut, namun naas, luka di kaki itu membuatnya sulit untuk mengelak dari
kejaran malaikat maut. Tak berselang lama, pedang itu sudah berada dekat di
lehernya, dan kurang dari satu detik darah segar menyembur keluar membuat seisi
ruangan berwarna merah pekat. Kepala gadis itu terpelanting, menggelinding
menjauhi tempat asalnya, bahkan ia belum sempat menutup mata.
.
Wanita itu tertawa lepas, ia menari-nari di antara lautan
darah si gadis kecil, ia berteriak girang sambil mencipratkan darah tersebut ke
wajahnya, bahagia bukan kepalang, pikirnya. Cukup lama ia menikmati masa
kejayaannya, berloncatan bersama mayat yang ia bopoh, menendang-nendang bagian
kepala layaknya bermain sepak bola. Sampai akhirnya ia terdiam, menatap nanar
mayat yang berada di depannya. Ia menangis, isakkannya sangat kuat hingga
membuatnya tak sanggup untuk menopang tubuhnya. Ia berteriak memanggil nama
gadis kacil itu.
"Maya ! Kamu kenapa, May ! Siapa yang ngelakuin ini ke
kamu, May ! Maya ! Bangun, May !", ia berteriak melihat kepala gadis kecil
tersebut yang terpisah jauh dari tubuhnya. Lantas wanita itu meraihnya,
berusaha untuk menyatukannya kembali dengan bagian tubuh yang lain. Namun
sayang, tak ada perekat yang mampu mengembalikannya, kalaupun ada, malaikat
maut pun tidak sudi mengembalikan arwah yang telah direnggut tanpa keridhoan
Tuhannya.
.
Wanita itu kembali terdiam ketika menatap pedang yang tak
jauh dari lumuran darah tersebut, tatapannya kembali menajam. Ia meraih pedang
itu kemudian berdiri tegak seakan tak ada kesedihan yang ia rasakan.
.
"Ini akibatnya jika kau mengasihani si anak iblis
!", ia menusukkan pedang ke perutnya, matanya kembali menatap nanar.
"Apa salah kami hingga kau tega melukai kami !? Maya bukan anak iblis,
tapi kau lah sang pendosa !". Wanita itu terjatuh, pasrah akan apa yang
terjadi padanya. Sebelum ia melepaskan arwahnya, ia menyeringai, tertawa untuk
yang terakhir kalinya, tawa yang sama saat ia merenggut nyawa si gadis kecil.
Oleh: Ulima Vasthi
Komunitas Bisa Menulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar