Senin, 17 April 2017

Cerpen, Korban Kepalsuan

Korban Kepalsuan

"Halo cantik ...."
Anisa terperanjat kala terasa ada yang menepuk pundaknya. Sejenak dia menatap ke arah lelaki jangkung yang sedang pamer senyum yang kata orang sih manis. Tapi bagi gadis itu, senyumnya adalah senyum yang paling menjinikan.
"Halo, cantik. Sendirian saja, boleh Mas temenin?"
Rido, duda araban yang tak bosan-boaan mengejarnya semakin pasang aksi kala dicuekin. Anisa semakin risih dan kesal di buatnya. Gadis itu pun segera beranjak dari tempat duduk, sebenarnya dia masih belum puas karena penantianya belum membuahkan hasil. Ridwan kekasihnya belum pula sampai padahal seharusnya dia sudah tiba 30 menit lalu di tempat itu, tapi ... yang datang malah duda genit.
"Nis, mau kemana? Jangan tinggalin mas, cantik!"
Rido semakin kurangajar, dia menarik tangan Anisa.
"Lepasin bang, nanti dilihat orang bisa timbul fitnah, ku mohon lepasin!"
Anisa meronta, dia berusaha melepaskan cengkraman tangan kekar si duda liar. Namun, usahanya sia-sia lelaki itu malah seperti yang disengaja tangan satunya berani memegang pinggan ramping Anisa.
"Fitanah apa Nis, bukankah kamu sedang menunggu Mas?"
Mata gadis itu terbelalak saat mendengar kata-kata Rido. Belum juga bicara untuk membantah, tiba-tiba sekerumunan orang datang menyorotkan senter ke arah mereka.
Gasak gusuk mulai terdengar, Anisa gadis lugu berdua-duaan dengan lelaki istri orang di tempat gelap.
Lelaki licik. Setelah melepaskan Anisa, duda araban itu berusaha meminta maaf pada warga dengan wajah memelas dan sok baik. Namun dia menyudutkan Anisa, dia bilang gadis itu yang memintanya bertemu.
"Bohong, semuanya bohong ...!" Anisa menjerit menampik perkataan Rido.
"Ok, sebaiknya kita tidak ribut di sini, bawa mereka ke kantor kepala desa," ucap tetua.
Tanpa bisa menolak akhirnya Rido dan Anisa, digiring masa seperti seorang penjahat.
Wajah bapak memerah, rasanya ingin dia mati kena serangangan jantung saja daripada berdiri menanggung aib, karena anak gadisnya tertangkap basah berduaan dengan lelaki di tempat gelap.
Anisa terus membela diri, namun sia-sia. Percakapan di Chating di Hp Rido, telah membuktikan bahwa mereka ada hubungan.
***
Riasan wajah menjadi belepotan terguyur air mata. Keputusan bapak untuk menikahkanya dengan si duda araban telah menghancurkan hatinya. Dalam balutan Gaun putih berhiaskan manik-manik indah terasa dalam balutan kain kafan. Ingin menjerit tapi hanya tertahan di tenggorokan.
Saat kata "SAH" di ucapkan bumi terasa runtuh. Ingin rasa Anisa salahkan takdir, tapi dia pun sadar ini kecerobohanya.
Ingatanya menerawang ke peristiwa satu bulan silam, saat seorang pemuda mengajaknya berkencan di Facebook.
Fotonya yang tampan telah meruntuhkan pertahanan hati dan iman. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta, tanpa saling berjumpa mereka merasa nyaman.
Rindu siang dan malam, gelisah kalau tak ada chatingan. Ridwan yang ternyata akun samaran telah menbuatnya jatuh cinta dan tergila-gila.
Aurat yang di tutupnya di dunia nyata, dia buka demi cinta di dunia maya. Kiriman foto setengah telanjang dia berikan demi sang pujaan. Kini semua hanya tinggal penyesalan.
Dia lupa tuhan punya mata dan maha melihat segalanya.
"Aku sudah bilang kan gadis sombong, kamu akan jadi miliku suatu saat, dan sekaranglah Saatnya," bisik Rido di telinga Anisa, senyum menyeringai tersunging di bibirnya penuh kepuasan


Bunda Putry
Komunitas Bisa Menulis
Jumat, 14 April 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar