Korban Kepalsuan
"Halo cantik ...."
Anisa terperanjat kala terasa ada yang menepuk pundaknya.
Sejenak dia menatap ke arah lelaki jangkung yang sedang pamer senyum yang kata
orang sih manis. Tapi bagi gadis itu, senyumnya adalah senyum yang paling
menjinikan.
"Halo, cantik. Sendirian saja, boleh Mas temenin?"
Rido, duda araban yang tak bosan-boaan mengejarnya semakin
pasang aksi kala dicuekin. Anisa semakin risih dan kesal di buatnya. Gadis itu
pun segera beranjak dari tempat duduk, sebenarnya dia masih belum puas karena
penantianya belum membuahkan hasil. Ridwan kekasihnya belum pula sampai padahal
seharusnya dia sudah tiba 30 menit lalu di tempat itu, tapi ... yang datang
malah duda genit.
"Nis, mau kemana? Jangan tinggalin mas, cantik!"
Rido semakin kurangajar, dia menarik tangan Anisa.
"Lepasin bang, nanti dilihat orang bisa timbul fitnah,
ku mohon lepasin!"
Anisa meronta, dia berusaha melepaskan cengkraman tangan
kekar si duda liar. Namun, usahanya sia-sia lelaki itu malah seperti yang
disengaja tangan satunya berani memegang pinggan ramping Anisa.
"Fitanah apa Nis, bukankah kamu sedang menunggu
Mas?"
Mata gadis itu terbelalak saat mendengar kata-kata Rido.
Belum juga bicara untuk membantah, tiba-tiba sekerumunan orang datang
menyorotkan senter ke arah mereka.
Gasak gusuk mulai terdengar, Anisa gadis lugu berdua-duaan
dengan lelaki istri orang di tempat gelap.
Lelaki licik. Setelah melepaskan Anisa, duda araban itu
berusaha meminta maaf pada warga dengan wajah memelas dan sok baik. Namun dia
menyudutkan Anisa, dia bilang gadis itu yang memintanya bertemu.
"Bohong, semuanya bohong ...!" Anisa menjerit
menampik perkataan Rido.
"Ok, sebaiknya kita tidak ribut di sini, bawa mereka ke
kantor kepala desa," ucap tetua.
Tanpa bisa menolak akhirnya Rido dan Anisa, digiring masa
seperti seorang penjahat.
Wajah bapak memerah, rasanya ingin dia mati kena serangangan
jantung saja daripada berdiri menanggung aib, karena anak gadisnya tertangkap
basah berduaan dengan lelaki di tempat gelap.
Anisa terus membela diri, namun sia-sia. Percakapan di
Chating di Hp Rido, telah membuktikan bahwa mereka ada hubungan.
***
Riasan wajah menjadi belepotan terguyur air mata. Keputusan
bapak untuk menikahkanya dengan si duda araban telah menghancurkan hatinya.
Dalam balutan Gaun putih berhiaskan manik-manik indah terasa dalam balutan kain
kafan. Ingin menjerit tapi hanya tertahan di tenggorokan.
Saat kata "SAH" di ucapkan bumi terasa runtuh.
Ingin rasa Anisa salahkan takdir, tapi dia pun sadar ini kecerobohanya.
Ingatanya menerawang ke peristiwa satu bulan silam, saat
seorang pemuda mengajaknya berkencan di Facebook.
Fotonya yang tampan telah meruntuhkan pertahanan hati dan
iman. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta, tanpa saling berjumpa mereka
merasa nyaman.
Rindu siang dan malam, gelisah kalau tak ada chatingan.
Ridwan yang ternyata akun samaran telah menbuatnya jatuh cinta dan
tergila-gila.
Aurat yang di tutupnya di dunia nyata, dia buka demi cinta
di dunia maya. Kiriman foto setengah telanjang dia berikan demi sang pujaan.
Kini semua hanya tinggal penyesalan.
Dia lupa tuhan punya mata dan maha melihat segalanya.
"Aku sudah bilang kan gadis sombong, kamu akan jadi
miliku suatu saat, dan sekaranglah Saatnya," bisik Rido di telinga Anisa,
senyum menyeringai tersunging di bibirnya penuh kepuasan
Komunitas Bisa Menulis
Jumat, 14 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar