BERTEMU CALON SUAMI
Jika ingat pengalamanku dengan Aki ganteng menjelang
pernikahan, delapan belas tahun silam, membuat diri ini tersenyum sendiri. Saat
itu pagi, kurang lebih pukul 9. Aku berniat ke apotik. Berbaju merah muda, rok
hitam, berpayung untuk menangkal sinar matahari yang mulai menyengat.
Di tengah perjalanan, aku bersisipan dengan seorang lelaki
ganteng, berkulit coklat, mengendarai motor dengan pelan. Aku hanya melihat
sekilas. Beberapa detik kemudian, terdengar seseorang menyapa.
"Hai! Bukankah kamu calon istriku?" tanyanya. Oh,
ternyata lelaki yang bersisipan tadi. Ya Allah, bukankah dia lelaki yang
semalam ke rumah? Dia calon suamiku yang baru kemarin menginjakkan kaki lagi di
kampung halaman, setelah satu tahun berdinas di Jayapura. Kembali untuk
melangsungkan pernikahan.
"Eh, Mas. Maaf, aku lupa ...." jawabku malu.
Sungguh hal yang memalukan, lupa wajah calon suami. Mungkin karena baru sekali
bertemu. Justru dia yang hapal denganku.
"Nggak pa-pa. Kita kan baru semalam bertemu,"
katanya sambil tertawa, kemudian mematikan mesin motor.
"Mau ke mana?" tanyanya lagi. "Kok jalan
kaki?"
"Ke apotik."
"Ayo, aku antar! Aku mau ke rumah. Ingin bertemu
Bapak."
"Bertemu Bapak?"
"Iya. Kita kan beberapa hari lagi mau menikah. Lupa
juga?" Dia tertawa. Aku tersenyum.
"Ayo kuantar ke apotik!"
Ragu, aku membonceng. Tangan kiri memegang belakang jok.
Baru sampai beberapa meter, ban motor kempes.
"Aduh, Dik. Bannya kempes. Kita cari tambal ban dulu,
ya?" Aku mengangguk. Masih canggung berkomunikasi dengannya. Padahal
sebentar lagi, dia akan menjadi suamiku, membawa diri ini jauh ke ujung timur
negeri.
"Kok kaku amat, Dik? Takut ya sama aku?" tanyanya
seakan tahu isi hatiku.
"Enggak ...."
"Hehe ... aku godain aja, kok. Maaf ya, bannya
kempes."
"Habis ini kita pulang saja ya, Mas. Ke apotiknya
kapan-kapan."
"Lho, kok?"
"Nggak apa. Kita pulang ya?"
"Oke. Tapi tunggu bannya selesai ditambal."
Aku ingin sampai di rumah. Sebenarnya karena salah tingkah
berdua dengan dia. Berbeda kalau berbicara di telpon. Ternyata menghadapi
sosoknya langsung membuatku jadi aneh. Mendadak pemalu dan memalukan!
Mungkin inilah salah satu nikmat menikah tanpa pacaran.
Ketemu di jalan saja, bisa lupa wajahnya.
Iis Rusmiyati Najib
Komunitas Bisa Menulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar