[FIKSI]
DEWI YUSLIMAH LARI DARI RUMAH
Belum lagi pukul 03.00 dini hari, Mak Nila sudah bangun. Dia
dapat pesanan lepat nagasari dari Bu
Wulan 1000 buah untuk acara syukuran gigi emas barunya.
Mamak tidak sanggup kalau harus mengerjakan itu sendiri dalam tempo yang sangat
singkat, satu malam. Jadi dia membangunkan anak semata wayangnya, Dewi Yuslimah
dan suami yang entah masih dicintanya Pak Saleh .
Dia tahu anak dan bapak itu susah untuk dibangunkan jadilah
Mak Nila menggunakan si Papa Jago, ayam jantan kesayangan mereka. Papa Jago
agak unik. Dia tak membutuhkan sinar matahari pagi untuk berkokok. Hanya
tinggal dikasih sinar senter, maka dia akan berkokok kencang. Ayam itu bisa
dibohongi hanya pakai sinar dari senter.
“Kukuruyuk……” Papa Jago berkokok menandakan sudah pagi tepat
pukul 03.00 dini hari.
Pak Saleh dan anaknya Dewi juga ikutan unik kayak Papa Jago.
Mereka percaya kalau ini sudah pagi. Mereka langsung bangkit dari tempat tidur
dan menuju kamar mandi untuk sikat gigi. Emak Nila tersenyum penuh kemenangan.
Tapi pagi ini, setelah sikat gigi, Dewi langsung ke luar
dari jendela. Dia menjalankan rencananya semalam untuk lari dari rumah. Sebelum
lompat dari jendela dan membawa Kocik kucing peliharaannya, tidak lupa dia
meninggalkan sepucuk surat untuk mamak dan bapaknya. Biar kayak di film-film
pikirnya.
Karena anak gadisnya belum juga ke dapur, mamak langsung
menuju kamar Dewi dan masuk. Begitu dia menemukan sepucuk surat merah jambu,
mamak yang sedikit lebay ini juga melakukan adegan seperti di film-film,
panggil suaminya.
“Bapak…”
***
Beginilah isi surat Dewi,
Assalamu’alaikum, Mamak dan Bapak…
Melalui surat ini awak sampekan kalok awak udah nggak tahan
lagi tinggal serumah bertiga. Masalahnya bukan karena repetan mamak yang tiap
pagi selalu nyuruh awak pakai gincu dan dandan biar ditengok pariban awak itu.
Juga bukan karena asap cerutu bapak yang selalu bikin Kocik bersin. Kocik itu
udah kayak adek awak memang.
Awak lari dari rumah karena mamak sibuk kali jodohin awak
sama pariban awak itu, Bang Salim
Dalimunthe. Saban datang Bang Salim, disuruh awak pakek rok
kembang bunga-bunga datar dan tak lupa pakai gincu merah cabe. Awak pun tau,
Mak, Bang Salim itu juga tak sor ma awak, sama kayak awak yang tak sor sama
dia. Lagian dia juga udah sering awak liat maen cewek di sawah sama Kak Lasma,
Mak. Awak tak mau diduain nanti. Tega kali mamaklah ma awak.
Udah dulu ya, Mak. Litak kali tangan awak nulis surat ini.
Awak tak ada bawa duit mamak, ya selimper pun. Cak lah mamak cek di balik kasur
mamak tu. Masih lengkap.
Okelah, Mak, Pak..
Salam sayang dari awak,
Dewi Yuslimah
***
Emak Nila dan Pak Saleh memutuskan tidak mencari Dewi karena
Raihana sudah memberitahu mereka perihal ini. Raihana masih ada hubungan
saudara sama mereka. Dia janji akan menjaga Dewi dengan baik. Mereka kembali
membuat lepat pesanan Bu Wulan.
***
Dewi melarikan diri ke kota dengan numpang mobil box Pak
Karim, pengusaha buah di kampung mereka. Sampai kota, Dewi menginap di rumah
temannya di kampung dulu, Raihana. Belum lagi genap seminggu, Dewi diusir
Raihana karena sering memecahkan piring dan gelas di rumahnya.
“Tolonglah, Wi… Kau carilah ya tempat tinggal laen. Tak
tahan lagi aku nampung kau dan Kocik di sini. Saban hari asyik pecah aja piring
dan gelasku klen bikin.”
“Kak… Harus tinggal di mana awak nanti?”
“Balek ajalah kau ke kampung. Kawinlah sana kau sama
paribanmu biar nggak nyusahin orang aja kerjamu.”
Dewi pun pergi dari rumah Raihana. Keesokan harinya dia dan
Kocik kelaparan. Dewi memutuskan mengamen di jalan. Selagi asyik mengamen dia
bertemu seorang pedangang kerupuk kemplang. Pak Herman namanya. Karena kasihan
melihat Dewi dan Kocik, bapak berkacamata minus tiga itu mengajak mereka untuk
tinggal di sebelah rumahnya yang kosong. Dewi tidak mau menerima kebaikan Pak
Herman gratis. Dia pun kerja di kios kerupuk Pak Herman.
***
Seminggu sudah berlalu sejak Dewi pergi dari rumah Raihana.
Pagi ini Dewi merasa rindu sekali sama bapak dan mamak di kampung. Karena sudah
tak tahan lagi, dia pun pamit sama Pak Herman sembari mengucapkan terima kasih.
Pak Herman memberi gaji kepada Dewi dan bekal sedikit selama di perjalanan.
Sampai di kampung, dari kejauhan Dewi mendengar suara bapak
nyanyi di pesta tetangga.
“Aha do na salah da amang
Aha do na hurang na hubaen tu ho
Umbaen na gabe muba ho o.... toddi ku
Di hatuaon ni ngolu ki
Songon na maniop aek au
Di bulungni suhat i o.... toddi ku
Songon i ma au, na marmudu - mudu ho
Sian ha etekhon mi tu na magodang
REFF:
Hape di nasopanagaman hi amang
Balik do ho sian nasa nadi rohakon
Sega do ho
Alani pargaulan mi
Rodi ujung ni ngolu mi
Dang mar namuba ho”
Spontan Dewi naik ke panggung dan duet sama bapak. Di bawah
panggung emak menangis terharu lihat anaknya sudah pulang. Dia janji nggak akan
jodohin anak gadisnya itu dengan paribannya lagi.
-selesai-
Catatan kaki:
- Awak = saya
- Gincu = lipstik
- Pariban = sebutan untuk sepupu yang konon di adat Batak
sangat dianjurkan untuk dijadikan keluarga atau dikawini.
- Litak = Lelah
Arti lagu dalam Bahasa Batak di tulisan:
Aha do na salah da amang
apa yang salah ya nak)
Aha do na hurang na hubaen tu ho
apa yang kurang yang kubuat ke kamu
Umbaen na gabe muba ho o.... toddi ku
membuat kamu jadi berubah...buah hatiku
Di hatuaon ni ngolu ki
di ketuaan hidup ini
Songon na maniop aek au
seperti yang memgang air aku
Di bulungni suhat i o.... toddi ku
di daun keladi..buah hatiku
Songon i ma au, na marmudu - mudu ho
sperti itu aku . yang membesarkan kamu
Sian ha etekhon mi tu na magodang
dari kau kecil hingga kamu besar
REFF:
Hape di nasopanagaman hi amang
tapi yang tak terpikirkan ku anaku
Balik do ho sian nasa nadi rohakon
engkau terbalik dari yang kuharapkan
Sega do ho
hancur nya kau
Alani pargaulan mi
karena pergaulanmu
Rodi ujung ni ngolu mi
sampai akhir hidupmu
Dang mar namuba ho
kau tidak berubah
Raihana Kumbara II
Komunitas Bisa Menulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar