Rabu, 01 Februari 2017

Contoh Essay pengajuan Beasiswa LPDP


Halo sob, kali ini saya mau ngepos beberapa contoh Essay yang kuperoleh dari teman-temanku yang lolos LPDP. semoga bermanfaat ya sob..

 
Essay Peranku Bagi Indonesia
Dokter Anak untuk Indonesia Timur

Dilahirkan dengan nama Hafiidhaturrahmah (sang penjaga yang pengasih) saya beruntung dapat berbagi kasih dengan anak-anak di berbagai pelosok Indonesia mulai sejak kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman hingga menjadi dokter peneliti malaria anak di Sumba Barat Daya. Saya bergabung di bawah naungan Laboratorium Malaria Lembaga Biomolekuler Eijkman dan Alliance for Emerging and Re-Emerging Threats in Asia Foundation (ALERTasia) serta Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Papua (YPKMP). Tidak hanya berpengalaman di berbagai daerah Indonesia Timur, saya pun mengasah kemampuan public health khususnya managemen Posyandu di Puskesmas Tosari, Bromo, Jawa Timur selama setahun bersama Kantor Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millenium Development Goals (KUKPRI-MDGs) sebagai Pencerah Nusantara Angkatan Pertama.

Berbagai pengalaman hidup di atas membuat saya berinteraksi dengan anak-anak dari beragam suku dengan cara yang unik. Saya hidup bersama suku pedalaman Sumba tanpa air bersih, listrik, bahkan sinyal, belajar toleransi beragama bersama suku Tengger hingga berada di perang suku di Papua. Hingga akhirnya saya menyimpulkan, tidak peduli dimanapun berada, ada banyak faktor yang membuat akses terhadap pelayanan kesehatan masih belum merata baik di Jawa maupun luar Jawa. Salah satunya kurangnya dokter. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan 95.976 dokter teregistrasi harus melayani 243,6 juta jiwa, artinya 1 banding 2.538 penduduk. Rasio ini lebih tinggi dari rasio dokter ideal menurut World Health Organization (WHO), yaitu 1 dokter untuk 2.500. Belum lagi kenyataan bahwa jumlah dokter anak masih kurang 8.000 lagi agar seimbang dengan angka kelahiran bayi 4,5 juta per tahun dan 35 % penduduk Indonesia yang tergolong anak-anak.

Kurangnya dokter anak membuat saya ingin ikut dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran mempelajari dunia anak. Bagaimanapun,indikator status kesehatan suatu negara masih dipengaruhi dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 359 di tahun 2012. Sementara AKB 34 per 1000 kelahiran hidup (2007) hanya turun menjadi 32 (2012) padahal target 2015 adalah 23. Dua faktor tersebut penting sebagai jaminan ketika wanita hamil dan melahirkan dia tidak terancam nyawanya dan dapat bernapas lega ketika mengetahui bayinya juga selamat.

Melihat angka di atas, mengingatkan saya akan kenyataan bahwa banyak ibu melahirkan sendiri atau dibantu dukun baik karena alasan akses maupun adat istiadat. Padahal, persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan terlatih akan menyelamatkan kehidupan bayi. Edukasi alat kontrasepsi setelah melahirkan juga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Hal tersebut tentunya menjadi lebih penting untuk daerah Indonesia Timur terutama Papua yang endemik malaria. Terbukti dari penelitian di tahun 2004-2008, kasus malaria menyerang hampir 31% bayi dari 4.976 bayi yang datang ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika dimana sebagian besar bayi datang sudah dalam keadaan kekurangan darah (anemia). Satu kenyataan bahwa bayi di Papua sudah berjuang sejak dalam kandungan dan yang berhasil mencapai Balita adalah bayi pilihan yang bertahan dari malaria, infeksi cacing, tuberkulosis, bahkan kurang gizi. Kenyataanya, anak Papua bagian dari anak Indonesia yang berhak atas kesehatan dan kesempatan pendidikan yang sama untuk membangun negeri. Mencegah malaria saja tidak cukup tanpa meningkatkan pengetahuan keluarga atas perilaku hidup bersih dan sehat termasuk menyediakan air bersih, sanitasi dan akses kesehatan.
Inilah titik balik saya ketika menjadi dokter umum dan peneliti malaria ternyata belum cukup menjawab tantangan kesehatan anak. Keterbatasan ilmu tentang anak yang mengharuskan saya kuliah di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kedokteran Anak (IKA). Saya akan belajar PPDS IKA di Universitas Gajah Mada dan terus meneliti malaria pada anak Papua karena sejak lama sudah terjalin kerja sama antara YPKMP dengan PPDS IKA UGM. Seusai spesialis, saya akan kembali mendedikasikan diri saya sebagai dokter anak peneliti malaria di Papua. Dalam 10-15 tahun ke depan, saya masih ingin terus berkontribusi terhadap penelitian malaria anak Papua baik dari segi pencegahan, pengobatan, hingga pengembangan vaksin. Akhirnya, saya berharap 20 tahun yang akan datang dapat berkontribusi lebih luas dengan menjadi bagian penting dari Kementrian Kesehatan. Saya telah memulai dari sekarang dengan menggali kemampuan terbaik diri saya, mengasah ketrampilan, memperluaskan dan menjaga jejaring. Saya, Hafiidhaturrahmah, yakin bahwa Allah YME akan membuka satu persatu pintu atas niat baik saya memajukan kesehatan anak Indonesia, karena inilah cara saya mengambil peran mengabdi kepada tanah air saya, INDONESIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar