Jumat, 03 Februari 2017

Kebimbangan



Kebimbangan
Ujian semester terakhir pun telah usai, yaitu mata kuliah bahasa jawa. Waktu menunjukkan jam 13.10 WIB. Kertas jawaban harus dikumpulkan di depan. Akupun mensegerakan mengumpulkannya dan bergegas menuju musola FIB untuk sembahyang dhuhur. Hanya 5 menit waktu yang ku butuhkan untuk melaksanakan kewajibanku. Kenapa aku masih mengatakan sembahyangku adalah kewajiban, bukan kebutuhan seperti teman-teman lain yang mengatakan sembahyang adalah kebutuhan. Aku tidak berani berkata seperti itu karena secara lahiriyah, aku sudah bisa dibilang sembahyang, tapi kalau menurut batiniah, aku masih jauh dari eensi sembahyang itu. Di sela-sela usai salam tanda berakhirnya solatku, aku berdoa semoga nilaiku keluar dengan hasil yang memuaskan bagiku.
Pada hari itu juga aku dan teman-teman harus mengumpulkan tugas film yang berbahasa Jjawa, tapi film kelompokku belum sempurna, sehingga aku harus mnyempurnakannya. Aku berniat untuk matur kepada pak dosen agar saya diberi waktu lagi untuk finishing filmku. Tapi pak dosen belum juga hadir. Akhirnya aku duduk di Kantor Jurusanku sambil ngobrol-ngobrol dengan mas Kukuh pegawai jurusan. Tidak lama kemudian Bu Sakti dosen Bahasa Jawa rawuh, dan beliau sudah mengoreksi hasil kerjaanku. Eh, ternyata jawabanku masih krama madya yang seharusnya di krama inggilkan. Karena ada pengoreksian, akupun bertanya ke beliau beberapa kosakata Jawa yang belum ku tau kedudukannya kosakata itu tergolong madya apa inggil.
            Setelah menjawab pertanyaanku, Bu Sakti membahas masalah horor kampus FIB bahwa beberapa penjaga malam sering digoda oleh para penunggu kampus. Akupun asik mendengarkan cerita. Mas Kukuh pun tidak mau kalah, dia bercerita bahwa dia juga pernah mencoba untuk menggoda penunggu-penunggu kampus, akan tetapi tidak ada yang menampakkan sosoknya. Sehingga mas Kukuh ketawa atas cerita penjaga satpam. Emang benar si kalau FIB itu horor, tapi nyaman kok. Lawong udah pada jinak semua. Setelah asik mendengarkan cerita, akupun memutuskan pulang untuk memikirkan filmku supaya cepat finish. Akhirnya keesokan harinya, film kelompokku kelar juga dengan bantuan temanku yang setia selama ini dengan ku.
            Hari itu merupakan hari terakhir kesibukanku kuliah dalam semester dua ini. Aku pun bingung dalam dua hari kedepan mau melakukan apa. Aku mencoba untuk mancari info lowongan pekerjaan di Koran, dan akupun menemukannya beberapa lowongan. namun, ada satu yang deket dengan kosku. sehingga akupun memutuskan untuk mencobanya dan segera membuat surat lamarannya. 
        Keesokan harinya surat lamaran itu langsung ku antar ke salah satu toko yang tersedia lowongan pekerjaan tersebut. Setiba di toko itu, aku langsung menemui pemilik toko dan menyodorkan lamaranku. Berkasku pun dibuka olehnya.
            “Kamu mau kerja sampai kapan?”, Tanya pemilik toko.
            “Rencana sampai H-lima lebaran.” Jawabku.
            “Kamu mulai kerja hari apa?”
            “Kalau bisa senin pak”.
            “Ya sudah, mulai senin kamu bisa langsung kerja. Jangan lupa pakai baju kerjamu”.
            “Ya Pak.” Jawabku.
            Hari seninpun tiba. Tepat jam 6 pagi. Aku segera mandi dan berangkat. Sampai di toko jam 06.40 WIB. Toko belum buka. Akhirnya aku menunggu di samping toko sembari melihat lalu lalang masyarakat yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak lama kemudian, si bos dan karyawannya datang. Rol pintu tokopun dibuka bersama-sama dengan karyawan yang lain. Namun sebelum itu, semuanya tak terkecuali si bos harus absen dengan cara memasukkan kartu yang ada namanya, masing-masing dimasukkan ke mesin penghitung waktu. Sehingga dengan kartu tersebut semua karyawan bisa diketahui jam berapa dia masuk toko, istirahat dan pulang dari toko. Sehingga bener-bener terkontrol mengenaiketepatan waktunya.
            Aku dan mbak cantik (salah satu karyawan yang belum ku ketahui namanya) bagian depan mengurusi masalah ukuran pipa mulai dari ukuran berdiameter 1 dm sampai 4 dm. Di sela-sela kesibukan, si bos datang dan menyuruhku untuk kirim barang, dengan senang hati aku jalani. Kiriman pertama langsung 3 lokasi perumahan yang sangat mepet-mepet rumahnya. Awalnya aku enggan membawa mobil dengan jalan raya yang rame dan gang kecil sebagai akses jalan menuju kerumah pelanggannya. Namun dengan penuh keyakinan, akupun memberanikan mengemudikan mobil pick up itu dengan pelan-pelan. Mungkin karena saking banyaknya, aku pun merasa kelelahan. Sehingga ketika memasuki gang salah satu pelanggan, saya menyengol pagar dan membuat lampu kanan mobil copot. Untung saja tuan rumah orangnya peduli dan baik, sehingga akupun dibantu.
                Semanjak kejadian itu, aku sangat hati-hati dalam mengantarkan barang. Bayangkan saja, saya tidak pernah kerja berat, yang kesehariannya hanya ke kampus dan main, diberi pekerjaan yang lumayan berat bagiku. Kalau di total, semen yang ku kirim ke pelanggan sekitar ada 30 sak semen. Satu sak semen dengan bobot 40 Kg. itu sekitar 1200 Kg yang ku angkat dari toko dinaikkan ke mobil dan dari mobil ku angkat lagi diletakkan di rumah pelanggan. Bayangkan...!
                Waktu pun sudah mulai sore, akupun kebingungan untuk melaksanakan solat asar, dengan pikiran yang kacau, baju kotor semua, aku memutuskan untuk pulang saja tidak pamit kepada bos dan aku berniat untuk tidak lagi bekerja di toko itu. Dalam hatiku bergumam, "Terima kasih bos atas pelajaran yang kau berikan hari ini".
               Sesampainya dikosan, aku langsung duduk tersungkur kecapean di sumur. Tiba-tiba salah satu temanku keluar kamar dan sekitika itu juga tertawa terbahak-bahak melihatku yang kotor tidak seperti biasanya. Ya, itu pengalaman terburukku bekerja di saat liburan kuliah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar