Kebimbangan
Ujian semester terakhir pun telah usai,
yaitu mata kuliah bahasa jawa. Waktu menunjukkan jam 13.10 WIB. Kertas jawaban
harus dikumpulkan di depan. Akupun mensegerakan mengumpulkannya dan bergegas
menuju musola FIB untuk sembahyang dhuhur. Hanya 5 menit waktu yang ku butuhkan
untuk melaksanakan kewajibanku. Kenapa aku masih mengatakan sembahyangku adalah
kewajiban, bukan kebutuhan seperti teman-teman lain yang mengatakan sembahyang
adalah kebutuhan. Aku tidak berani berkata seperti itu karena secara lahiriyah,
aku sudah bisa dibilang sembahyang, tapi kalau menurut batiniah, aku masih jauh
dari eensi sembahyang itu. Di sela-sela usai salam tanda berakhirnya solatku,
aku berdoa semoga nilaiku keluar dengan hasil yang memuaskan bagiku.
Pada hari itu juga aku dan teman-teman
harus mengumpulkan tugas film yang berbahasa Jjawa, tapi film kelompokku belum
sempurna, sehingga aku harus mnyempurnakannya. Aku berniat untuk matur kepada
pak dosen agar saya diberi waktu lagi untuk finishing filmku. Tapi pak
dosen belum juga hadir. Akhirnya aku duduk di Kantor Jurusanku sambil
ngobrol-ngobrol dengan mas Kukuh pegawai jurusan. Tidak lama kemudian Bu Sakti
dosen Bahasa Jawa rawuh, dan beliau sudah mengoreksi hasil kerjaanku. Eh,
ternyata jawabanku masih krama madya yang seharusnya di krama inggilkan. Karena
ada pengoreksian, akupun bertanya ke beliau beberapa kosakata Jawa yang belum
ku tau kedudukannya kosakata itu tergolong madya apa inggil.
Setelah menjawab pertanyaanku, Bu Sakti membahas masalah horor kampus FIB bahwa
beberapa penjaga malam sering digoda oleh para penunggu kampus. Akupun asik
mendengarkan cerita. Mas Kukuh pun tidak mau kalah, dia bercerita bahwa dia
juga pernah mencoba untuk menggoda penunggu-penunggu kampus, akan tetapi tidak
ada yang menampakkan sosoknya. Sehingga mas Kukuh ketawa atas cerita penjaga
satpam. Emang benar si kalau FIB itu horor, tapi nyaman kok. Lawong udah pada
jinak semua. Setelah asik mendengarkan cerita, akupun memutuskan pulang untuk
memikirkan filmku supaya cepat finish. Akhirnya keesokan harinya, film
kelompokku kelar juga dengan bantuan temanku yang setia selama ini dengan ku.
Hari itu merupakan hari terakhir kesibukanku kuliah dalam semester dua ini. Aku
pun bingung dalam dua hari kedepan mau melakukan apa. Aku mencoba untuk mancari
info lowongan pekerjaan di Koran, dan akupun menemukannya beberapa lowongan.
namun, ada satu yang deket dengan kosku. sehingga akupun memutuskan untuk
mencobanya dan segera membuat surat lamarannya.
Keesokan harinya surat lamaran itu langsung ku antar ke salah satu toko yang
tersedia lowongan pekerjaan tersebut. Setiba di toko itu, aku langsung menemui
pemilik toko dan menyodorkan lamaranku. Berkasku pun dibuka olehnya.
“Kamu mau kerja sampai kapan?”, Tanya pemilik toko.
“Rencana sampai H-lima lebaran.” Jawabku.
“Kamu mulai kerja hari apa?”
“Kalau bisa senin pak”.
“Ya sudah, mulai senin kamu bisa langsung kerja. Jangan lupa pakai baju
kerjamu”.
“Ya Pak.” Jawabku.
Hari seninpun tiba. Tepat jam 6 pagi. Aku segera mandi dan berangkat. Sampai di
toko jam 06.40 WIB. Toko belum buka. Akhirnya aku menunggu di samping toko
sembari melihat lalu lalang masyarakat yang sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing. Tidak lama kemudian, si bos dan karyawannya datang. Rol pintu
tokopun dibuka bersama-sama dengan karyawan yang lain. Namun sebelum itu,
semuanya tak terkecuali si bos harus absen dengan cara memasukkan kartu yang
ada namanya, masing-masing dimasukkan ke mesin penghitung waktu. Sehingga
dengan kartu tersebut semua karyawan bisa diketahui jam berapa dia masuk toko,
istirahat dan pulang dari toko. Sehingga bener-bener terkontrol
mengenaiketepatan waktunya.
Aku dan mbak cantik (salah satu karyawan yang belum ku ketahui namanya) bagian
depan mengurusi masalah ukuran pipa mulai dari ukuran berdiameter 1 dm sampai 4
dm. Di sela-sela kesibukan, si bos datang dan menyuruhku untuk kirim barang,
dengan senang hati aku jalani. Kiriman pertama langsung 3 lokasi perumahan yang
sangat mepet-mepet rumahnya. Awalnya aku enggan membawa mobil dengan jalan raya
yang rame dan gang kecil sebagai akses jalan menuju kerumah pelanggannya. Namun
dengan penuh keyakinan, akupun memberanikan mengemudikan mobil pick up itu
dengan pelan-pelan. Mungkin karena saking banyaknya, aku pun merasa kelelahan.
Sehingga ketika memasuki gang salah satu pelanggan, saya menyengol pagar dan
membuat lampu kanan mobil copot. Untung saja tuan rumah orangnya peduli dan baik,
sehingga akupun dibantu.
Semanjak kejadian itu, aku
sangat hati-hati dalam mengantarkan barang. Bayangkan saja, saya tidak pernah
kerja berat, yang kesehariannya hanya ke kampus dan main, diberi pekerjaan yang
lumayan berat bagiku. Kalau di total, semen yang ku kirim ke pelanggan sekitar
ada 30 sak semen. Satu sak semen dengan bobot 40 Kg. itu sekitar 1200 Kg yang
ku angkat dari toko dinaikkan ke mobil dan dari mobil ku angkat lagi diletakkan
di rumah pelanggan. Bayangkan...!
Waktu pun sudah mulai sore,
akupun kebingungan untuk melaksanakan solat asar, dengan pikiran yang kacau,
baju kotor semua, aku memutuskan untuk pulang saja tidak pamit kepada bos dan
aku berniat untuk tidak lagi bekerja di toko itu. Dalam hatiku bergumam,
"Terima kasih bos atas pelajaran yang kau berikan hari ini".
Sesampainya dikosan, aku
langsung duduk tersungkur kecapean di sumur. Tiba-tiba salah satu temanku
keluar kamar dan sekitika itu juga tertawa terbahak-bahak melihatku yang kotor
tidak seperti biasanya. Ya, itu pengalaman terburukku bekerja di saat liburan
kuliah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar