Kamis, 02 Februari 2017

Essay Lolos LPDP "Sukses Terbesar dalam Hidupku'


Halo sob, ini ni temanku cewek yang sangat cerewet, detail, dan gak pernah puas kalau nanyain sesuatu. hehehehe.. Selain pintar, dia juga perhatian lho.. Cita-citanya ketika kuliah adalah ingin melanjutkan S2 dengan beasiswa. Segala kemampuan akhirnya dia keluarkan untuk mencoba mendaftar beasiswa LPDP, yang salah satu saratnya adalah dengan menuliskan Essay yang bertema "Sukses Terbesar dalam Hidupku". Dibawah ini saya cantumkan Essay milik temanku. So, selamat membaca ya sobs.. Semoga menginspirasi.


                                          Sukses Terbesar dalam Hidupku
Saya Wardatul Jannah, mahasiswi alumni bidikmisi 2011 jurusan Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada. Saya terlahir dari desa terpencil yaitu Dusun Besuki, Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Sebuah kecamatan yang hanya memiliki satu SMK, satu SMP, tidak ada angkutan umum yang masuk, para pemudi yang banyak memilih menjadi menjadi ibu rumah tangga selepas SMP, serta pemuda-pemudanya yang memilih bekerja sebagai buruh petik jeruk. Kecamatan kami memang dikenal karena produksi buah jeruknya. Saya tertegun bertanya dalam diri, “Mengapa hal ini tidak membawa kemajuan bagi daerah kami?”
Pendidikan memang benar-benar bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi merupakan hal yang harus dimengerti dan diperjuangkan oleh semua orang. Hidup memang pilihan. Tetapi memilih putus sekolah lalu bekerja dan mendapatkan uang sedini mungkin bukan merupakan suatu pilihan bijak. Pendidikan merupakan kebutuhan dan kewajiban. Selepas SMP saya yang diberi kesempatan masuk dalam kelas unggulan merasakan bahwa pendidikan itu begitu penting. Getir sekali ketika tiba proses pendaftaran masuk SMA, ketika banyak teman-teman sebaya lainnya sedang sibuk belajar menyiapakan untuk tes ujian masuk SMA, teman-teman dusun saya banyak yang tidak melanjutkan sekolah. Sedikitnya tiga di antaranya teman se-RT saya terancam tidak melanjutkan sekolah. Ketiganya memiliki faktor yang sama, ekonomi. Bedanya satu di antara ketiga teman saya tersebut, Sofi namanya memiliki orang tua yang memiliki keinginan agar anaknya dapat melanjutkan sekolah.
Mbak Qomariyah, ustadzah madrasah diniyah saya di desa memberikan informasi bahwa ada pesantren yang membebaskan biaya sekolah bagi santrinya. Saya datang ke rumah Sofi memberitahukan informasi tersebut dan menceritakan kepada Sofi dan orang tuanya bahwa nanti di sana tidak hanya bisa sekolah umum namun juga ada pendidikan agama yang diberikan kepada santrinya, serta akan ada satu tetangga kita juga yang akan sekolah di sana, teman satu SD saya Rohman namanya. Akhirnya dengan adanya keinginan anak, harapan orang tua, dorongan, dan upaya untuk meraih kesempatan, keduanya pun melanjutkan sekolah di SMA Al-Aziz di bawah asuhan Pesantren Al-Aziz. Hal tersebut menjadi pemantik semangat bagi adik-adik tetangga kami sehingga tahun berikutnya ada dua orang lagi yang melanjutkan sekolah di sana. Hal yang mungkin sangat sederhana tapi menurut saya ini adalah sebuah kesuksesan terbesar saya. Bisa mendorong dan mempertahankan nyala pelita sebagai upaya kelanjutan pendidikan orang-orang sekitar adalah hal yang sangat membuat saya bahagia. Saya yang melanjutkan sekolah di SMAN 2 Jember dengan bantuan pendidikan dari pegadaian dan setelahnya melanjutkan pendidikan di Universitas Gadjah Mada dengan bantuan pendidikan dari pemerintah melalui bidikmisi ingin terus berjuang menekankan bahwa tidak ada alasan tidak bisa sekolah karena kendala ekonomi.
Selama kuliah saya tinggal di Pesantren Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Selama kuliah tersebut selain untuk pendapatkan ilmu dan pengalaman juga demi memenuhi kebutuhan sehari-hari saya bekerja sebagai tutor bahasa Indonesia dan bahasa Jawa di INCULS (Indonesian Culture and Language Service) UGM dan bekerja sambilan sebagai customer service di percetakan Uvindo. Selama menjadi tutor banyak sekali ilmu dan pengalaman yang saya dapat. Bukan hanya mengasah kemampuan untuk dapat mengenalkan bahasa dan budaya Indonesia, tetapi juga berlatih menjalin hubungan baik dengan teman-teman antar bangsa. Suatu hal sangat membahagiakan adalah ketika saya mendapat sms dari mahasiswi asal Zimbabwe yang ingin melanjutkan S2 di UGM dengan mengambil konsentrasi Bioteknologi bernama Tariro, “hey mb Wardah, i got 90% in tata bahasa!!!! yeey. Ah ya kamu ingat kain khas Zimbabwe yang saya ceritakan? Aku ingin membagi untukmu”. Belum lagi ketika setelah mengajar 6 bulan lamanya saya menjadi akrab dengan gadis asal Amerika yang beragama Yahudi, kami begitu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada pada kami, termasuk agama. Bahkan gadis asal Amerika yang bernama Sara Finkle itu mau menginap di pesantren saya. Mau mengenal lebih dalam Islam itu bagaimana dan seperti apa. “Ternyata berbeda ya dengan yang ada di negaraku”, begitu ungkapnya. Ketika diri belum mampu ikut serta mendamaikan konflik-konflik yang ada di dunia seperti konflik antara Israel dan Palestina, menjalin persahabatan yang baik dengan teman-teman antar bangsa merupakan suatu hal yang memungkinkan untuk saya lakukan sekarang sebagai salah satu cara untuk membantu mewujudkan perdamaian dunia.
Setelah lulus dari UGM saya merasa menjadi pribadi yang lebih matang. Pribadi yang siap menerima segala tantangan dan siap untuk melakukan hal baru. Belajar di kampus, menimba ilmu di pesantren, beroganisasi, dan bekerja merupakan proses yang telah membuat saya semakin dewasa. Kini saya siap dan semangat menyambut tantangan-tantangan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar