Halo sob, ini ni temanku cewek yang sangat cerewet, detail, dan gak pernah puas kalau nanyain sesuatu. hehehehe.. Selain pintar, dia juga perhatian lho.. Cita-citanya ketika kuliah adalah ingin melanjutkan S2 dengan beasiswa. Segala kemampuan akhirnya dia keluarkan untuk mencoba mendaftar beasiswa LPDP, yang salah satu saratnya adalah dengan menuliskan Essay yang bertema "Sukses Terbesar dalam Hidupku". Dibawah ini saya cantumkan Essay milik temanku. So, selamat membaca ya sobs.. Semoga menginspirasi.
Sukses
Terbesar dalam Hidupku
Saya
Wardatul Jannah, mahasiswi alumni bidikmisi 2011 jurusan Sastra Nusantara
Universitas Gadjah Mada. Saya terlahir dari desa terpencil yaitu Dusun Besuki,
Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Sebuah
kecamatan yang hanya memiliki satu SMK, satu SMP, tidak ada angkutan umum yang
masuk, para pemudi yang banyak memilih menjadi menjadi ibu rumah tangga selepas
SMP, serta pemuda-pemudanya yang memilih bekerja sebagai buruh petik jeruk.
Kecamatan kami memang dikenal karena produksi buah jeruknya. Saya tertegun
bertanya dalam diri, “Mengapa hal ini tidak membawa kemajuan bagi daerah kami?”
Pendidikan
memang benar-benar bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi merupakan hal
yang harus dimengerti dan diperjuangkan oleh semua orang. Hidup memang pilihan.
Tetapi memilih putus sekolah lalu bekerja dan mendapatkan uang sedini mungkin
bukan merupakan suatu pilihan bijak. Pendidikan merupakan kebutuhan dan
kewajiban. Selepas SMP saya yang diberi kesempatan masuk dalam kelas unggulan
merasakan bahwa pendidikan itu begitu penting. Getir sekali ketika tiba proses
pendaftaran masuk SMA, ketika banyak teman-teman sebaya lainnya sedang sibuk
belajar menyiapakan untuk tes ujian masuk SMA, teman-teman dusun saya banyak
yang tidak melanjutkan sekolah. Sedikitnya tiga di antaranya teman se-RT saya terancam
tidak melanjutkan sekolah. Ketiganya memiliki faktor yang sama, ekonomi.
Bedanya satu di antara ketiga teman saya tersebut, Sofi namanya memiliki orang
tua yang memiliki keinginan agar anaknya dapat melanjutkan sekolah.
Mbak
Qomariyah, ustadzah madrasah diniyah saya di desa memberikan informasi bahwa
ada pesantren yang membebaskan biaya sekolah bagi santrinya. Saya datang ke
rumah Sofi memberitahukan informasi tersebut dan menceritakan kepada Sofi dan
orang tuanya bahwa nanti di sana tidak hanya bisa sekolah umum namun juga ada
pendidikan agama yang diberikan kepada santrinya, serta akan ada satu tetangga
kita juga yang akan sekolah di sana, teman satu SD saya Rohman namanya.
Akhirnya dengan adanya keinginan anak, harapan orang tua, dorongan, dan upaya
untuk meraih kesempatan, keduanya pun melanjutkan sekolah di SMA Al-Aziz di
bawah asuhan Pesantren Al-Aziz. Hal tersebut menjadi pemantik semangat bagi adik-adik
tetangga kami sehingga tahun berikutnya ada dua orang lagi yang melanjutkan
sekolah di sana. Hal yang mungkin sangat sederhana tapi menurut saya ini adalah
sebuah kesuksesan terbesar saya. Bisa mendorong dan mempertahankan nyala pelita
sebagai upaya kelanjutan pendidikan orang-orang sekitar adalah hal yang sangat membuat
saya bahagia. Saya yang melanjutkan sekolah di SMAN 2 Jember dengan bantuan
pendidikan dari pegadaian dan setelahnya melanjutkan pendidikan di Universitas
Gadjah Mada dengan bantuan pendidikan dari pemerintah melalui bidikmisi ingin
terus berjuang menekankan bahwa tidak ada alasan tidak bisa sekolah karena
kendala ekonomi.
Selama
kuliah saya tinggal di Pesantren Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Selama kuliah
tersebut selain
untuk pendapatkan ilmu dan pengalaman juga demi memenuhi kebutuhan sehari-hari saya
bekerja sebagai tutor bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa di INCULS (Indonesian
Culture and Language Service) UGM dan bekerja sambilan sebagai customer service di percetakan Uvindo. Selama
menjadi tutor banyak sekali ilmu dan pengalaman yang saya dapat. Bukan hanya
mengasah kemampuan untuk dapat mengenalkan bahasa dan budaya Indonesia, tetapi juga
berlatih menjalin hubungan baik dengan teman-teman antar bangsa. Suatu hal
sangat membahagiakan adalah ketika saya mendapat sms dari mahasiswi asal Zimbabwe
yang ingin melanjutkan S2 di UGM dengan mengambil konsentrasi Bioteknologi bernama
Tariro, “hey mb Wardah, i got 90% in tata bahasa!!!! yeey. Ah ya kamu ingat
kain khas Zimbabwe yang saya ceritakan? Aku ingin membagi untukmu”. Belum lagi
ketika setelah mengajar 6 bulan lamanya saya menjadi akrab dengan gadis asal
Amerika yang beragama Yahudi, kami begitu menghargai perbedaan-perbedaan yang
ada pada kami, termasuk agama. Bahkan gadis asal Amerika yang bernama Sara
Finkle itu mau menginap di pesantren saya. Mau mengenal lebih dalam Islam itu bagaimana
dan seperti apa. “Ternyata berbeda ya dengan yang ada di negaraku”, begitu
ungkapnya. Ketika diri belum mampu ikut serta mendamaikan konflik-konflik yang
ada di dunia seperti konflik antara Israel dan Palestina, menjalin persahabatan
yang baik dengan teman-teman antar bangsa merupakan suatu hal yang memungkinkan
untuk saya lakukan sekarang sebagai salah satu cara untuk membantu mewujudkan
perdamaian dunia.
Setelah
lulus dari UGM saya merasa menjadi pribadi yang lebih matang. Pribadi yang siap
menerima segala tantangan dan siap untuk melakukan hal baru. Belajar di kampus,
menimba ilmu di pesantren, beroganisasi, dan bekerja merupakan proses yang
telah membuat saya semakin dewasa. Kini saya siap dan semangat menyambut
tantangan-tantangan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar