Ibu Pertiwi
Tanah air
Indonesia merupakan satu-satunya Negara di dunia dengan 17.500 pulau tersebar
dalam jarak dari London ke Teheren sebagai kawasan arsipelago diapit oleh dua
samudra Hindia dan Pasifik dan dua Benua Asia dan Australia. Negeri kita
terletak di khatulistiwa dengan dua musim, hujan dan kemarau disinari matahari
sepanjang tahun, Indonesia juga di apit lempeng bumi Asia, Australia, dan
pasifik yang masih bergerak dinamis
sehingga menjadikan tanah air kita dikelilingi “Cincin Api” atau Ring Of fire
yang aktif melepaskan energy bumi melalui gempa tektonik alam dan juga gempa
vulkanis. Di samping kemampuan gempa merusak alam, ia juga mengeluarkan lava
sebagai penyebab tanah subur yang membangun alam.
Ketika kearifan
nenek moyang berlaku, maka tanah bumi dipandang sebagai ibu dan kita juluki
tanah air kita sebagai ibu pertiwi sehingga ada rasa dan sikap kasih pada
tanah, air, hutan, fauna-flora dan alam semesta. Alam diperlakukan bagaikan
bidadari puteri yang cantik, halus dan lembut. Berkembanglah perilaku menghormati
alam dengan berbagai upacara adat.
Semula orang
berheran-heran menyaksikan berbagai upacara adat menghormati laut sebelum
nelayan turun memancing ikan, dan adat menghormati tanah, pohon dan hewan
sebelum bertani dan beternak.
Berbagai tingkah
laku perbuatan ini tidaklah rasional. Alam tidaklah untuk dihormati tetapi
ditundukkan dengan modal uang dan modal peralatan. Maka lahirlah pola
pembangunan rasional mengandalkan kekuatan penalaran. Akal, fikiran, ilmu sains
dan teknologi tumbuh berkembang menundukkan dan mengekploitasi alam. Hutan
dibabat untuk ladang pertanian. Sungai dibendung untuk waduk pembangkit listrik
tenaga air. Sumber energi digali menjadi bahan bakar minyak, batu bara dan gas.
Laut bebas dikuras ikannya dengan pukat harimau sampai licin habis habitat
ikan. Lansekap pedesaan diubah menjadi perkotaan. Lingkungan alam menjadi
lingkungan buatan manusia.
Berubahlah
perilaku manusia tehadap alam. Sikap eksplotasi, serba keras menghantam dan
menundukkan alam melahirkan perlakuan manusia terhadap alam tanah dan air yang
berubah, bukan lagi dianggap sebagi ibu pertiwi tetapi fatherland, tanah
ayah yang harus dibela mati-matian karena menjadi sumber makan, tempat tanggal
dan wilayah kekuasaan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar