Minggu, 07 Mei 2017

CERPEN, DEN MAS PRAS

DEN MAS PRAS
.
# A True Story
.
"Yu, nomerku apa ilang, kok lama nggak kontek?"
.
"Ora, nomer Sampeyan masih kok, cuma masalahnya ngapain juga aku nelpon-nelpon suami orang? Ntar bikin kasus."
.
Namanya Dwi Prastyanto, kenal di dumai sejak buka akun sekitar 2012-an. Kami sangat akrab sering berbalas koment. Kenal pula dengan istrinya, Mbak Sugi Hasanah. Anaknya tiga, lucu-lucu. Mereka sering memposting photo-photonya. Kami memang bertemu di Grup Poligami dan Monogami. Sebuah grup yang membahas tentang poligami. Penuh debat dan bikin mblenger. Akhirnya aku out. Yah, prinsip orang beda-beda. Mau poli kek, mono kek -- silakan saja. Ada beberapa teman yang sudah praktek poligami. Sepertinya berjalan baik-baik saja. Ya mangga, sementara yang memilih setia pada satu pasangan, itu juga bagus.
.
Aku memanggilnya Den Mas. Aslinya orang Klaten, tapi sekarang di Palangkaraya. Sepertinya hidupnya makmur, punya usaha rent car di sana. Dari ceritanya, katanya punya A*anza, Pajer* sport, F*rtuner. Kaya ya? Ya nggak tahu juga, wong batang hidungnya aku belum tahu. Belum tahu juga kehidupannya di duta seperti apa. Tapi mengingat lamanya kami kenal meski di dumay, aku percaya-percaya saja.
.
"Yu, kalau ada gadis yatim piatu, yang bener-bener butuh dibantu dan cantiknya minimal seperti istriku, aku mau, Yu."
.
"Gundhulmu amoh itu! Ngomong aja sana sama Batman!"
.
Aku gondhok. Bagaimana tidak? Itu orang istrinya cantik banget. Selevel artis. Kalau dibandingkan sama aku, mungkin aku lebih pantas jadi babunya. Orangnya juga baik dan lembut. Menurut cerita suaminya alias Den Mas Pras gemblung itu, katanya istrinya sudah beberapa kali melamarkan istri untuk suaminya. Gendheng itu perempuan ya? Suami kok ditawar-tawarkan. Tapi buktinya mana? Belum juga poligami tuh. Ah, aku tidak begitu saja percaya ocehannya tadi di telpon. Perempuan selevel Teh Ninih dan Putri Aisyah, istri ustadz Al Habsy saja tidak serta merta sanggup dipoligami. Tapi ya nggak tahu-lah.
.
"Emang istrimu kurang apa sih, Den? Mbok sudah nrimo, monogami saja. Fokus ngopeni anak-anak. Jangan mentang-mentang kaya."
.
"Lhah aku fair kok, Yu. Poligami tidak izin itu selingkuh namanya. Kalau aku kan beda, istriku yang mencarikan. Tapi tentunya dengan perempuan baik-baik yang bisa diajak hidup bersama. Mobil--motor--rumah aku sediain. Penak to jadi bojoku?"
.
"Ah embuh, sakarepmu!"
.
Laki-laki kalau sudah kaya memang begitu. Dia bilang menejemen keuangan istrinya yang full megang. Membayangkan pola hidupnya kalau benar begitu, ya bagus sekali.
.
Dari photo-photo yang dia posting, sering kopdar dengan teman-teman dumay di Jakarta. Kayaknya sih kaya beneran dia.
.
"Den, penasaran aku pengin tahu kehidupanmu di sana. Mbok aku dibelikan tiket pesawat pp ...."
.
"Tiket belio dhewe, Yu. Mobil--sopir--makan--tidur, gratis di rumahku."
.
Haiyah ... dasar pelit! Rutukku dalam hati. Kami mengobrol ada dua jam-an, ia sambi entah ngapain. Beberapa kali ada telpon masuk atau ia bicara dengan sopirnya.
Teman-teman dumay yang kadang membuat penasaran. Apakah yang ia katakan sesuai kenyataan? Kalau aku sih apa adanya saja. Tidak berani mengada-ada. Karena ada beberapa tetangga, banyak teman sekolah juga yang berteman di dumay. Malu-lah kalau bergaya.
.
"Yu, aku minum es."
.
"Mangga, Den."
.
"Assalamu'alaikum ...."
.
"Wa'alaikum salam warahmatullah, sembah nuwun, Den."
.
Lelaki itu umurnya sama denganku. Memanggilku dengan sebutan 'Yu' atau 'Mbakyu.' Alhamdulillah seneng aja punya banyak kawan dan saudara. Selama kita bersikap baik insya Allah ketemu teman yang sejalan juga kok. Enggak di dumay or duta, formulanya sama.

Note : ora > tidak, sampeyan > kamu, mbuh > terserah/ nggak tahu, sakarepmu > sesuka hatimu, penak= enak, sembah nuwun > terima kasih, dhewe > sendiri, bojo > istri/ suami..
***

Sulastri Widji
Komunitas Bisa Menulis
AE, 20042017
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar