Rabu, 22 Maret 2017

BUKAN ADEGAN FILM


BUKAN ADEGAN FILM
Oleh: Cermis_ZieQ
Komunitas Bisa Menulis

 
"Cut! Cut! Cut ...! Kamu bisa gak sih, maksimal? Kalau tidak, aku cari penggantimu."
Sutradara Amri membentak, adegan ini telah diulang-ulang puluhan kali. Aktris pemeran kelelahan, airmatanya meleleh. Windi sedih karna bakal dipecat, sementara menjadi pemeran pengganti adalah mata pencaharian satu-satunya. Demi menghidupi orang tua dan ke empat adik yang masih sekolah.
"Sekali lagi! Jika masih tidak sesuai yang aku inginkan, maka kau kupecat!" hardik sang sutradara berang.
"Ba ... ba ... baik."
Tiang dan tali gantungan disiapkan, Windi menempati posisi.
"Kamera ..., roll and action!"
Adegan digantung pun mulai, kaki Windi meronta-ronta. Matanya mendelik, suara senggak tercekat. Sesaat kemudian ....
"Bagus! Bagus! Teruskan, sedikit lagi ... dan Cut! Nah ... ini baru adegan yang kuinginkan."
Amri bertepuk tangan tanda puas, begitu juga crew yang bertugas. Mereka penat dan ingin cepat istirahat, tapi Windi tetap meronta, kakinya menendang-nendang. Lidah terjulur, matanya merah. Titik darah!
"Lihat, Bos! Ada yang tak beres !" tunjuk salah satu crew ke atas.
"Windi benar-benar terjerat tali, Bos!"
"Cepat, turunkan dia!" perintah Amri panik.
Semua crew, kalang-kabut dan bingung. Pasalnya mereka tidak bisa mengendurkan tali, pengaman juga patah. Windi tewas!
Sejak peristiwa itu, kematian Windi dirahasiakan. Sutradara Amri melarang siapapun untuk memberi tau keluarga Windi, sementara film yang digarap boomming. Keanehan muncul, kala film itu diputar, penonton membludak. Pada saat adegan gantung, semua penonton menjerit histeris. Dan setiap adegan itu pula, satu nyawa melayang!.

ZQS
Pontianak, 18 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar