Sabtu, 25 Maret 2017

Mengabdi Untuk Negri dan Si Raja Rimba


Mengabdi Untuk Negri dan Si Raja Rimba
Oleh: Jeri Zulpani
Komunitas Bisa Menulis

Menjalani profesi sebagai seorang guru, adalah kewajiban mutlak yang harus saya jalani. Walaupun honor yang saya terima Rp. 75000 perbulannya,tapi hal itu tidak membuat saya patah arang. Saya percaya Tuhan punya rencana baik di balik semua itu. lebih kurang hampir tujuh tahun saya menjalani kenyataan ini.
.
Saya mengajar di tempat terpencil, butuh fisik yang kuat serta mental baja. Perjalanan kesana melewati rimba belantara yang masih banyak dihuni binatang-binatang buas. Persediaan bekal yang cukup harus benar-benar dipersiapkan secara teliti. Mulai dari sayur mayur, beras, dan lain-lainnya. Untung saja orang tua selalu mendukung, sedikit banyaknya beliau selalu membantu dengan tangan terbuka.
.
Banyak kisah di balik derita, mungkin itu kalimat yang cocok untuk saya gambarkan. Jalan yang Ekstrim, terkadang hujan deras menjadi teman sejawat yang sulit untuk reda. Rantai motor putus secara mendadak sudah soal biasa. Mau tidak mau bengkel darurat harus dikerjakan, cuci karburator, dan masih banyak suka duka yang sudah jadi makanan sehari-hari.
.
Namun pengalaman yang paling membuat sekujur tubuh saya meriang tak bernyawa, adalah saat SI Raja Rimba menampakkan diri tepat dihadapan saya. Saat itu seluruh badan saya tidak bisa digerakkan, seakan-akan ada medan magnet yang menguasainya. Ia memperlihatkan taringnya, panjangnya lebih kurang 10 cm. Lalu ia melompat, tinggi lompatannya sekitar tiga meter. Saya baru bisa kembali menggerakkan badan setelah ia pergi 15 menit kemudian.
.
Sering berjumpa dengan harimau itu, akhirnya lama-lama rasa takut itu hilang. Ia tidak pernah mengganggu siapa pun. Menurut cerita orang-orang tempat saya mengajar, harimau itu adalah raja harimau lainnya yang hidup di sana. Ia ingin berkenalan, niat menyapa saya dengan aumannnya.
.
Tapi yang paling membuat resah penduduk di sana, berhembus kabar yang kurang enak. Para pemburu liar mencoba menangkapnya dengan perangkap yang terbuat dari tali rem mobil truk. Harimau itu terlepas, ia mengamuk, membunuh kambing-kambing penduduk. Mereka ketakutan, tak terkecuali saya dan majlis guru lainnya yang datang ke sana. Hingga beberapa minggu, ia selalu mengaum di siang bolong itu. Kakinya terluka, ia kesakitan. Semoga saja ada tindak lanjut dari pemerintah, menangkap para pemburu liar itu, dan menanganinya secara hukum. Apa jadinya jika harimau itu punah begitu saja, apa rasa kasihan itu sudah tidak ada???
# JZ . 12-03-2017
Tanggal 12 Maret jam 23:54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar