[FIKSI] MENJELANG PERNIKAHAN RAIHANA
Oleh: Raihana Kumbara II
Komunitas Bisa Menulis
Semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu yang beku,
Semoga akan datang keajaiban, hingga akhirnya kaupun mau
Aku mencintaimu
Lebih dari yang kau tahu …
Meski kau tak kan pernah tahu …
Alunan lagu Pupus – Dewa 19 terdengar jelas ke tempat duduk
Raihana, saat dia duduk di pojokan sebuah café. Sudah tiga gelas ristretto
menjamah lambungnya tanpa jeda. Minuman sejenis espresso itu bisa dikatakan
minuman yang paling dia suka. Lebih tepatnya minuman favorit lelaki yang sampai
saat ini masih duduk manis di lembah hatinya. Romi, orang yang sangat dia
cinta.
Tiga Tahun sudah berlalu dan dia tetap tak bisa melupakan
lelaki yang notabenenya berbeda keyakinan dengannya. Mereka saling mencintai,
tapi ya itu, terhalang oleh dinding yang tidak mungkin untuk dirobohkan.
Dinding yang terbuat dari besi.
Raihana menatap jam tangannya. Hari ini dia ada janji mau
masak bersama dengan Tante Rossa, ibu Azrin, calon suaminya. Meski mencintai
Romi, gadis berkulit sawo matang itu mencoba untuk realistis. Dalam tiga tahun
ini dia mencoba untuk menjalin hubungan dengan beberapa pria dan yang paling
cocok dengannya cuma Azrin.
Setelah membayar minumannya, Raihana keluar dari café dan
langsung mengendarai sepeda motornya menuju rumah Azrin. Hanya pemuda ini yang
bisa menerima Rai dalam keadaan masih mencintai pria lain. Gadis ini bersyukur
jika mengingat hal itu.
Sesampai di rumah Azrin, seperti biasa, Rai disambut hangat
oleh Tante Rossa. Ibu calon suaminya ini sangat cantik. Berbeda dengan Rai yang
memiliki fisik standar, Tante Caca, begitu sapaannya, memiliki kulit yang putih
mulus, pandangan mata teduh, ditambah lagi jago masak dan lihai memainkan
biola.
Rai nyaman berada di dekat ibu paruh baya ini. Tante Caca
sudah sepuluh tahun menjadi janda. Ayah Azrin ditemukan tewas di ruangannya, di
kantor tempat bekerja dengan kepala dan badan terpisah. Sejak saat itu, ibu
Azrin tidak menikah lagi sampai sekarang.
Setelah selesai memasak bersama dan menghidangkannya di
ruang makan, Tante Caca pamit untuk mandi, sedangkan Rai tidak menunggu di
ruang makan, melainkan di ruang tamu.
“Masih saja kau bolak-balik chat history itu padahal tak
sampai dua bulan lagi kita akan menikah.”
Rai terkejut. Suara Azrin tepat jelas di belakangnya. Memang
sudah kebiasaan gadis itu, jika dia rindu dengan Romi, dia kembali membuka chat
history tiga tahun lalu. Itu kenapa dia tidak mau menjual ponselnya yang ini.
“Maaf, Zrin. Tepat sehari sebelum kita ijab-qabul, aku akan
menghapus semua chat ini.” Rai menjawab dengan santai.
Terlihat jelas warna kesedihan di wajah Azrin. Dia begitu
mencintai Raihana, tapi tidak sedikit pun ada dia di hati calon istrinya itu.
Dari balik dinding ruang tamu, Tante Caca mendengar semua
percakapan Azrin dan Raihana. Wanita itu menangis. Dia langsung menghapus air
matanya, diam sebentar, ke dapur, lalu kembali ke ruang tamu.
“Makanannya sudah hampir dingin itu. Hari ini hanya
kira-kira 30%, mama bantu Rai memasak. Mama jadi tak cemas melepas kau menikah
dengannya.” Tante Caca membelai tangan anaknya.
Masih tiga langkah kaki Rai melangkah mau menuju ruang
makan, tiba-tiba terdengar teriakan Azrin, “Mama!!!”
Sudah dipastikan hanya sekali tebasan kuat, kepala Azrin
hampir terbelah. Tante Caca menarik meat cleaver yang lengket di kepala anaknya
dengan sekuat tenaga, lalu pisau itu kembali menari dikendalikan tangan
mulusnya, kemudian menancap punggung Azrin. Ditariknya kembali, kemudian sambil
tersenyum dia merobek kulit tipis yang menempel di lutut anaknya itu, dan akhirnya
pisau untuk memotong daging itu tertancap di leher anak yang dilahirkannya 27
tahun lalu itu. Tak ada sedikit pun perlawanan dari Azrin. Dia begitu
menyayangi ibunya. Sampai akhir hayatnya, dia pasrah diperlakukan tidak
selayaknya manusia.
Rai lemas. Kakinya seakan tak mau digunakan untuk jalan
apalagi lari dari situ. Hanya air matanya yang mengalir deras.
Tante Caca tersenyum sambil mendekati gadis itu, lalu
berkata pelan tapi terdengar jelas,
“Tante sangat mencintai Azrin melebihi diri tante sendiri.
Tak ada orang yang boleh menyakitinya. Kalian akan segera menikah. Dia memang
berhasil menikahi raga kamu, tapi tidak hati kamu. Hati kamu tetap untuk pria
lain. Tante sadar, rasa tak bisa dipaksa. Seumur hidup dia akan diselimuti
kesedihan karena istrinya tak pernah mencintainya dan tante nggak mau itu
terjadi. Biarlah tante menanggung dosa agar anak kesayangan tante ini lebih
cepat untuk kembali ke Tuhannya. Kamu tahu? Yang memisahkan kepala dan tubuh
ayah Azrin adalah tante. Dia sering diperlakukan tidak adil di perusahaan
tempat dia bekerja. Tante tak ingin itu berlangsung lebih lama lagi. Dengan
terpisahnya ruh dan raganya, dia sudah tenang sekarang.”
Belum lagi selesai Tante Caca bicara, Raihana balik badan
lalu lari dari rumah itu. Dia berlari tak tentu arah. Sampai akhirnya dia
pingsan setelah ditabrak sebuah becak dayung. Sudah dipastikan dia pingsan
bukan karena ditabrak becak itu, tapi karena shock dengan kejadian yang baru
saja dialaminya.
-selesai-
Catatan kaki:
Becak Dayung = Becak yang menggunakan sepeda (tidak
menggunakan mesin).
# RaiKumbara
# Repost
Tanggal 17 Maret jam 22:44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar