Sabtu, 25 Maret 2017

[FIKSI] MENJELANG PERNIKAHAN RAIHANA


[FIKSI] MENJELANG PERNIKAHAN RAIHANA
Oleh: Raihana Kumbara II
Komunitas Bisa Menulis


Semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu yang beku,
Semoga akan datang keajaiban, hingga akhirnya kaupun mau
Aku mencintaimu
Lebih dari yang kau tahu …
Meski kau tak kan pernah tahu …
Alunan lagu Pupus – Dewa 19 terdengar jelas ke tempat duduk Raihana, saat dia duduk di pojokan sebuah café. Sudah tiga gelas ristretto menjamah lambungnya tanpa jeda. Minuman sejenis espresso itu bisa dikatakan minuman yang paling dia suka. Lebih tepatnya minuman favorit lelaki yang sampai saat ini masih duduk manis di lembah hatinya. Romi, orang yang sangat dia cinta.
Tiga Tahun sudah berlalu dan dia tetap tak bisa melupakan lelaki yang notabenenya berbeda keyakinan dengannya. Mereka saling mencintai, tapi ya itu, terhalang oleh dinding yang tidak mungkin untuk dirobohkan. Dinding yang terbuat dari besi.
Raihana menatap jam tangannya. Hari ini dia ada janji mau masak bersama dengan Tante Rossa, ibu Azrin, calon suaminya. Meski mencintai Romi, gadis berkulit sawo matang itu mencoba untuk realistis. Dalam tiga tahun ini dia mencoba untuk menjalin hubungan dengan beberapa pria dan yang paling cocok dengannya cuma Azrin.
Setelah membayar minumannya, Raihana keluar dari café dan langsung mengendarai sepeda motornya menuju rumah Azrin. Hanya pemuda ini yang bisa menerima Rai dalam keadaan masih mencintai pria lain. Gadis ini bersyukur jika mengingat hal itu.
Sesampai di rumah Azrin, seperti biasa, Rai disambut hangat oleh Tante Rossa. Ibu calon suaminya ini sangat cantik. Berbeda dengan Rai yang memiliki fisik standar, Tante Caca, begitu sapaannya, memiliki kulit yang putih mulus, pandangan mata teduh, ditambah lagi jago masak dan lihai memainkan biola.
Rai nyaman berada di dekat ibu paruh baya ini. Tante Caca sudah sepuluh tahun menjadi janda. Ayah Azrin ditemukan tewas di ruangannya, di kantor tempat bekerja dengan kepala dan badan terpisah. Sejak saat itu, ibu Azrin tidak menikah lagi sampai sekarang.
Setelah selesai memasak bersama dan menghidangkannya di ruang makan, Tante Caca pamit untuk mandi, sedangkan Rai tidak menunggu di ruang makan, melainkan di ruang tamu.
“Masih saja kau bolak-balik chat history itu padahal tak sampai dua bulan lagi kita akan menikah.”
Rai terkejut. Suara Azrin tepat jelas di belakangnya. Memang sudah kebiasaan gadis itu, jika dia rindu dengan Romi, dia kembali membuka chat history tiga tahun lalu. Itu kenapa dia tidak mau menjual ponselnya yang ini.
“Maaf, Zrin. Tepat sehari sebelum kita ijab-qabul, aku akan menghapus semua chat ini.” Rai menjawab dengan santai.
Terlihat jelas warna kesedihan di wajah Azrin. Dia begitu mencintai Raihana, tapi tidak sedikit pun ada dia di hati calon istrinya itu.
Dari balik dinding ruang tamu, Tante Caca mendengar semua percakapan Azrin dan Raihana. Wanita itu menangis. Dia langsung menghapus air matanya, diam sebentar, ke dapur, lalu kembali ke ruang tamu.
“Makanannya sudah hampir dingin itu. Hari ini hanya kira-kira 30%, mama bantu Rai memasak. Mama jadi tak cemas melepas kau menikah dengannya.” Tante Caca membelai tangan anaknya.
Masih tiga langkah kaki Rai melangkah mau menuju ruang makan, tiba-tiba terdengar teriakan Azrin, “Mama!!!”
Sudah dipastikan hanya sekali tebasan kuat, kepala Azrin hampir terbelah. Tante Caca menarik meat cleaver yang lengket di kepala anaknya dengan sekuat tenaga, lalu pisau itu kembali menari dikendalikan tangan mulusnya, kemudian menancap punggung Azrin. Ditariknya kembali, kemudian sambil tersenyum dia merobek kulit tipis yang menempel di lutut anaknya itu, dan akhirnya pisau untuk memotong daging itu tertancap di leher anak yang dilahirkannya 27 tahun lalu itu. Tak ada sedikit pun perlawanan dari Azrin. Dia begitu menyayangi ibunya. Sampai akhir hayatnya, dia pasrah diperlakukan tidak selayaknya manusia.
Rai lemas. Kakinya seakan tak mau digunakan untuk jalan apalagi lari dari situ. Hanya air matanya yang mengalir deras.
Tante Caca tersenyum sambil mendekati gadis itu, lalu berkata pelan tapi terdengar jelas,
“Tante sangat mencintai Azrin melebihi diri tante sendiri. Tak ada orang yang boleh menyakitinya. Kalian akan segera menikah. Dia memang berhasil menikahi raga kamu, tapi tidak hati kamu. Hati kamu tetap untuk pria lain. Tante sadar, rasa tak bisa dipaksa. Seumur hidup dia akan diselimuti kesedihan karena istrinya tak pernah mencintainya dan tante nggak mau itu terjadi. Biarlah tante menanggung dosa agar anak kesayangan tante ini lebih cepat untuk kembali ke Tuhannya. Kamu tahu? Yang memisahkan kepala dan tubuh ayah Azrin adalah tante. Dia sering diperlakukan tidak adil di perusahaan tempat dia bekerja. Tante tak ingin itu berlangsung lebih lama lagi. Dengan terpisahnya ruh dan raganya, dia sudah tenang sekarang.”
Belum lagi selesai Tante Caca bicara, Raihana balik badan lalu lari dari rumah itu. Dia berlari tak tentu arah. Sampai akhirnya dia pingsan setelah ditabrak sebuah becak dayung. Sudah dipastikan dia pingsan bukan karena ditabrak becak itu, tapi karena shock dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
-selesai-
Catatan kaki:
Becak Dayung = Becak yang menggunakan sepeda (tidak menggunakan mesin).
# RaiKumbara
# Repost
Tanggal 17 Maret jam 22:44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar